ORIENTASI
BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“
novel totto – chan “
|
NAMA : R. RAHMA ANISA
NO. REG : 7526150418
KELAS :
DIKDAS NR – B
DOSEN :
Dr. RIANA BAGASKOROWATI
|
PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Penuh kelucuan !
Kesan pertama yang dapat saya
katakan setelah membaca novel yang berjudul “Totto-chan, Gadis Cilik di
Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko kuroyanagi”. Novel ini
adalah kenyataan yang berdasarkan ingatan masa kecil Tetsuko. Karena hanya
ingatan masa kecil maka Tetsuko tidak mau mengatakan bahwa ini adalah karangan
non fiksi. Tetsuko Kuroyanagi mempunyai panggilan Totto-Chan sehingga Judul
Novel ini adalah Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela. Novel ini terasa polos,
memfokuskan tokoh Totto-Chan dan tidak menggurui. Novel ini penuh pesan untuk menghargai
dan menghormati melalui pendidikan. Novel ini dikemas dengan bahasa yang mudah
di pahami dan ringan.
Gadis Cilik di Jendela ini
mengisahkan pengalaman Totto-chan (panggilan kecil Tetsuko Kuroyanagi) gadis
cilik yang kalau boleh saya katakan anak yang sangat aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menjalani
kehidupan di Sekolah Dasar (SD) bernama Tomoe Gakuen.
Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana
dengan sudut pandang orang ketiga. Penokohan yang digunakan oleh penulis
tercermin melalui adegan-adegan nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing
karakter. Melalui novel ini, sang penulis juga menjelaskan teman-temanya di masa kanak-kanak yang masih lekat dalam ingatanya sebagai
kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.
Kepandaian penulis dalam menuliskan cerita sangat
tampak dalam bahasanya sebagai seorang anak-anak meskipun saat ini Tetsuko
sudah dewasa, ia seolah kembali ke masa
kanak-kanaknya dan becerita kepada para
pembaca dengan begitu lancarnya.
Setting
novel adalah awal tahun 1940-an dan berakhir pertengahan 1945 ketika Jepang
kalah dalam perang pasifik. Sekolah Tomoe Gakuen yang hancur karena di bom
oleh Sekutu. Model pendidikan yang kontroversial di masa itu. Karena
mengedepankan murid sebagai subyek, Guru sebagai fasilitator. Padahal, masa itu
adalah masa struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang di jalankan
kaalangan bangsawan masih kental di Jepang.
Tetsuko Kuroyanagi mengatakan selaku
penulis novel ini, “Aku tidak mengarang-ngarang satu bagian pun. Semua
kejadian itu benar-benar terjadi, dan untunglah, aku bisa mengingat-ingat cukup
banyak”.
Hebat, Sistem
pendidikan yang tertulis dalam Novel ini baru diterapkan di dunia pendidikan di
Indonesia secara “resmi” awal tahun 2000-an. Ini ditandai dengan munculnya
Kurikulum KTSP, Sekolah Alam, Sekolah Terpadu dan Sekolah RSBI.
Jepang sudah
mengalami hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk
menyelidiki suatu masalah sistem pendidikan sejak enam tahun yang lalu dan berkembang
di era masa kini. Jepang berubah menjadi negara maju dengan bangunan SDM yang
kuat. Rentang waktu kurang lebih enam tahun antara Indonesia dan Jepang. Itu
bisa di lihat secara kasat mata tanpa harus dengan analisa yang mendalam.
Model pendidikan
yang dikembangkan Mr. Kobayashi sang Kepala Sekolah Tomoe Gakuen dikenal
sebagai sekolah alam pada saat ini. Pendidikan yang diselaraskan dengan
kecenderungan belajar siswa dikenal sebagai Multiple Intelligence Education.
Munif Chatib sangat getol mengembangkan model ini.
Paradigma
pendidikan Sekolah Tomoe Gakuen adalah Student Centered Learning.
Siswa dibebaskan untuk membuat urutan pelajaran sesuai dengan minatnya. Praktek
langsung di lapangan dengan sang ahli. Siswa belajar langsung dari sang ahli.
Guru wajib mengajar dengan cerdas dan kreatif untuk mengoptimalkan potensi
siswa tanpa menggurui.
Semua menjadi
paradigma pendidikan Indonesia baru di awal 2000-an. Guru bukan sebagai Dewa
yang serba tahu, guru bukan manusia tanpa dosa dan guru bukan orang yang selalu
benar. Guru adalah Pengayom, fasilitator dan pelayan siswa untuk meningkatkan
kualitas hidup siswa. Kurikulum 2004 dikenal dengan dengan kurikulum KTSP dan
dilanjutkan kurikulum 2013.
Jepang telah
menjadikan buku ini sebagai materi pelajaran melalui kementrian pendidikan
tahun 1982. Seperti yang ditulis Tetsuko Kuroyanagi dalam catatan akhir novel
ini. “Buku ini sekarang resmi menjadi
materi pengajaran dengan persetujuan kementrian pendidikan, bab Guru Pertanian akan digunakan di kelas
tiga pelajaran bahasa jepang dan bab Sekolah
Tua yang Usang di kelas empat untuk pelajaran etika dan budi pekerti”.
Sekolah inklusi
sebagai wujud penghargaan HAM dan memberi kesempatan yang sama ke setiap
manusia sudah dilakukan oleh Sekolah Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen menerima
murid di fabel yaitu Yasuaki Chan. Dia adalah penderita polio yang merasa
gembira belajar di sekolah Tomoe Gakuen.
Yasuaki Chan adalah
sahabat karib Totto Chan. Mereka saling menghargai atas segala kelebihan dan
kekurangan. Ini hasil pendidikan Tomoe Gakuen yang mengajarkan bahwa
setiap manusia adalah indah dan setiap anak adalah baik. Pikiran anak yang
polos dan disuntik dengan positive thinking membuat mereka merasa
bahwa sekolah itu indah.
Ini dapat diketahui
dalam bagian Pelajaran berenang di Tomoe Gakuen. Anak diwajibkan
berenang dengan telanjang baik anak yang sehat secara jasmani maupun yang
cacat. Sehingga semua anak melihat semua bagian tubuh temannya tanpa mencela
dan tanpa risih. . Tidak ada perbedaan perlakuan dan dihormati semua temannya.
Tetapi, kita tidak harus meniru semua yang ada di Tomoe Gakuen.
Semboyan “ciptakan
memori indah masa kecilmu” sangat tepat dilakukan di sekolah Tomoe Gakuen.
Murid-murid Tomoe Gakuen sering bertemu di pertemuan alumni.
Mereka sangat terkesan dengan pengalaman belajar di Tomoe Gakuen.
Bahkan, Novel Totto Chan sudah terbit sekuelnya pada tahun 2010. Totto
Chan yang berkeliling dunia sebagai duta UNHCR menceritakan
pengalamannya tentang anak-anak di berbagai belahan dunia.
Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari
kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih
duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila
saat itu sang ibu malah menyahkan
Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu bersemangat dan menjalani hari
dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen! Sebagai
pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu semangat dan tidak sabar
menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?
Novel ini sangat cocok
bagi mahasiswa calon guru, guru dan guru senior sekalipun. Novel ini
mengingatkan kita semua tentang hakikat pendidikan dan manusia itu sendiri.
Guru ternyata bukan hanya sebuah profesi belaka namun sebuah panggilan jiwa.
Kesuksesan pendidikan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh guru-guru yang
terlibat.
BAB II
ISI
A. Unsur Intrinsik
Tema:
Tema dari novel
ini sangatlah menarik, yaitu Pendidikan.
Alur:
Maju mundur
(Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa
basa- basi. ”Putri anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta anda
memindahkan ke sekolah lain.” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 12)
Penokohan/perwatakan:
Ø Totto-chan
Periang (Katanya, “
sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa ditarik, tapi meja
di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti peti, dan
kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!” (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 13)
Sopan (Sambil
membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh semangat, “ Bapak
ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 24)
Polos (Wataknya yang
periang dan terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos. (Gadis
Cilik di Jendela. Halaman 27)
Cerdik (Lagu pula
Mama dan guru wali kelasnya yang dulu
pasti heran kalau tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa menemukan bahan obrolan untuk diceritakan selama empat jam penuh tanpa henti. (Gadis
Cilik di Jendela. Halaman 27)
Perhatian (Hari itu
Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah
menggigit kulit kayunya sedikit.
Tak satu anak pun merasa kulit kayu itu
pahit, artinya mereka semua sehat. Totto-chan senang sekali. (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 210)
Lucu (Dengan
riang Totto-chan menyusup masuk dan
keluar, menggali lubang di bawah pagar
kawat berduri. Tak heran, celana dalamnya selalu robek-robek. (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 114)
Ceriwis (Setiap malam
Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di sekolah. Ia takkan berhenti
bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya tidur.” (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 145)
Ø Mama
Penyayang (Mama tidak
bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah dan Mama tidak
ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan untuk tidak memberi
tahu Totto-chan sampai dia dewasa kelak. (Gadis Cilik di Jendela.
Halaman 18)
Sabar (Mama punya
sifat yang sangat sabar dan suka bercanda. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 22)
Pengertian (Mama tidak pernah
berkata pada Totto-chan bahwa ia harus melakukan ini atau itu, tapi kalau
Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama selalu setuju. (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 175)
Ø Papa
Berpendirian kuat (Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara padanya. Papa
mengalami masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau menyerah, demi musik
dan biolanya. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 233)
Ø Kepala sekolah
Perhatian (Kepala sekolah
masih memeriksa kotak bekal kelima puluh muridnya, untuk memastikan mereka
membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan” dan membawa dua panci,
siap menambahkan makanan dari laut atau dari daratan yang tidak mereka bawa.
(Gadis Cilik di Jendela. Halaman 121)
Percaya diri (Kepala
sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah ompong. (Gadis Cilik
di Jendela. Halaman 124)
Ø Takahashi
Sopan (Anak itu
melepas topinya, membungkuk menghormat,
dan malu-malu, “ senang berkenalan dengan kalian.” (Gadis Cilik di Jendela.
Halaman 115)
Ø Tai-chan
Cerdas (Anak itu cerdas
dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan dialah yang
mengajari Totto-chan mengucapkan kata
Inggris untuk rubah. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 190)
Ø Miyo-chan
Suka memuji (Miyo-chan dan
teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh! Kepang!” Totto-chan senang
sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba rambutnya. (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 157)
Ø Sakko-chan
Disiplin (Anak itu
mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya lalu meletakkan
kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan meletakkan tasnya di rak
barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu. (Gadis Cilik di Jendela.
Halaman 35)
Ø Yasuaki-chan
Percaya diri (“Aku kena
polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.” Dia mengulurkan tanganya,
jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti lengket satu sama
lain. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 39)
Ø Oe
Nakal (Oe mendekat
lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil berkata, “aku capek. Dan
menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh terduduk. (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 157)
Ø Ryo-chan
Pekerja keras (Ryo-chan,
tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan bisa melakukan pekerjaan apa
saja,rupanya sudah bekerja sangat keras. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 163)
Latar /setting :
Ø Tempat
Stasiun kereta (Mereka turun
dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Totto-chan melewati
pintu pemeriksaan karcis. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 9)
Dalam kelas (Belajar di
sini rasanya akan seperti melakukan perjalanan menyenangkan. Satu-satunya yang
berbeda adalah papan tulis di bagian depan gerbong dan tempak duduk menyamping
yang telah diganti dengan mej kursi sekolah yang semua menghadap ke depan. (Gadis
Cilik di Jendela. Halaman 34)
Aula sekolah (Setelah
menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan “Itadakimasu” dan mulai
menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan”. Selama beberapa
waktu Aula menjadi sunyi. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 47)
Kolam renang (Sangat berkesan
bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya ia berenang di kolam
renang.tanpa mengenakan apa-apa. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 70)
Gedung latihan (Totto-chan
menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan sudah agak bobrok. Angin yang
bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan musik sampai jauh keluar dari gedung
latihan. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 92)
Di kamar (Totto-chan
mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di rumah, setelah ia pulang
sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di kamarnya sebelum makan
malam. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 127)
Di perpustakaan (Seluruh murid
Tomoe lima puluh anak masuk ke perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka
memilih buku yang mereka sukai lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah
dari mereka hanya bisa memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri. (Gadis
Cilik di Jendela. Halaman 164)
Ø Suasana
Hening (Semua gerbong
kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama untuk semua kelas
sudah dimulai. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 22)
Menyenangkan (Sambil
berseru-seru riang “ kita berkemah! Kita
berkemah!” anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan
sederhana ini tidur di dalam tenda di
Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan bagi para murid. (Gadis
Cilik di Jendela. Halaman 77)
Mengharukan (Begitu sampai
lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil terisak-isak , “Belum pernah aku
sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku. Aku takkan pernah lagi minta
dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam, ya, Ma! Pa?” (Gadis Cilik
di Jendela. Halaman 109)
Mengherankan (Batu penanda
itu masih ada di situ, persis seperti ketika ditinggalkan kemarin. Ia
menggali-gali di sekitarnya, tapi uang
lima sen itu tak bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius yang tak mungkin dilupakanya. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman
145)
Menyedihkan (Kemudian dia
mengeluarkan tangan dari saku dan memandang anak-anak. Kelihatanya dia baru
saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya pelan.” Kita semua akan
menghadiri pemakamanya hari ini. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 223)
Menegangkan (Banyak bom
yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa gerbong-gerbong kereta api yang
berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak mungkin dipadamkan, meratakanya
dengan tanah. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 247)
Ø Waktu
Pagi hari (Tadi pagi
ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru ketahuan bahwa
ternyata semua gaun buatan Mama robek,
jadi dia harus mengenakan rok yang di belikan Mama. (Gadis Cilik di Jendela.
Halaman 26)
Siang hari (Setelah makan
siang, Totto-chan bermain di halaman
sekolah bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas tempat guru mereka sudah menunggu. (Gadis
Cilik di Jendela. Halaman 48)
Sore hari (Sore itu murid-murid
tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman
67)
Malam hari (Malam itu,
sebelum tidur Totto-chan teringat dompetnya yang indah dan jatuh ke dalam
lubang gelap. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 60)
Ø Sudut pandang:
Sudut pandang
orang ketiga sebagai tokoh utama (Ia selalu melakukan hal-hal seperti itu dan
melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil Mama atau
Papa. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 188)
Ø Amanat:
Amanat yang
terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari kebijaksanaan sang
Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar
kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila saat itu sang Ibu malah menyalakan Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan
begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya
bersekolah di Tomoe Gakuen.
Rutinitas yang
terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat motivasi kita
untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi dari Tomoe Gakuen mereka begitu bersemangat
untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode pembelajaran yang memang membangkitkan
rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar memaparkan teori saja.
Amanat yang
terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina jiwa pemimpin
yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar
tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan
prinsip hidup masing-masing.
Juga bagaimana
Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian
yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap
tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika
kita sedang mengalami kegagalan
yang menurut kita sendiri adalah
kegagalan terbesar dalam hidup.
Ø Gaya bahasa
Tata bahasa
dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis dengan
sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya
realis bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas,
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Sehingga kita tidak bosan saat membacanya.
v
Unsur Ekstrinsik
Ø Nilai moral:
Pasalnya
setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak nila-nilai moral yang di sampaikan oleh
penulis. Seperti kehidupan sehari-hari
siswa-siswi di Tomoe telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang
yang lebih kecil atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti
mempermalukan diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus
mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh
melakukan perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu. (Gadis Cilik
di Jendela. Halaman 95)
Ø Nilai sosial:
Dalam novel ini
mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam kehidupan
bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali mengundang
Yasuaki-chan ke pohonnya dan memperlihatkan banyak hal kepada kawanya itu. Dan
demi membantu kawanya mencapai puncak ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. (Totto-chan memegangi tangan kawannya yang
jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian ia berkata
“Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di lekukan cabang
pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut tertumpang pada
puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang melihatnya akan menjerit
karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan berbahaya. (Gadis Cilik di
Jendela. Halaman 83)
Ø Nilai adat istiadat:
Nilai adat di
sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe Gakuen,
setiap tanggal 14 desember mereka mengunjungi Kuil Sengkuji dan berziarah untuk
memperingati Empat Puluh Tujuh Ronin
melaksanakan balas dendam mereka yang termasyhur. (Gadis Cilik di Jendela.
Halaman 150)
v
Konflik
Mama di panggil
wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa basi. “ Putri Anda
mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda memindahkan ke sekolah
lain.” Kemudian ibu guru muda yang manis itu mendesah. “ kesabaran saya
benar-benar sudah habis.”
Mama kaget
sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan seluruh kelas ?
pikirnya menebak-nebak.
Sambil
mengedip-ngedip gugup, sang guru mulai
menjelaskan. Saya sudah memberi tahu
bahwa murid-murid tidak boleh membuka atau menutup mejanya kecuali untuk
mengambil atau memasukkan sesuatu. Eh, putri Anda malah jadi terus- terusan
mengeluarkan atau memasukkan sesuatu yang ada di mejanya dan membantingnya.
Selain itu pada saat waktu pelajaran Totto-chan memanggil-manggil pemusik
jalanan dan menyuruh untuk bernyanyi, karena dinding sekolah dan jalan hanya di
batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam kelas bisa dengan
mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.
“Apa lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan
perasan makin tak enak.
“Apa lagi?”
seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di lakukannya, saya
tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.” Selain itu bukan hanya
satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga mendapat kesulitan.
Akhirnya Mama
melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu. Dengan harus mencari sekolah
lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri ciliknya untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan akhirnya Mama menemukan sekolah yang
bisa menerima Totto –chan. Nama sekolah itu adalah Tomoe Gakuen.
v
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
Novel ini
sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang nyata,
deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada
dalam cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu
sehingga kita tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak
hanya untuk memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita.
Kelemahan
Dari banyaknya
kelebihan yang ada, novel ini juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah
terdapat kata-kata yang sulit di mengerti sehingga kita perlu bantuan kamus
untuk menikmati membaca novel ini.
v SINOPSIS
Buku ini bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik
yang harus di keluarkan dari sekolahnya di usia 7 tahun. Guru-guru di sekolah
menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki
keingin tahuan yang besar tentang sesuatu dan dipandang aneh jika dibandingkan
dengan teman-temanya. Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan
selalu membuat keributan di kelas. Mulai dari masalah laci, Totto-chan yang
selalu membuka ratusan kali dan ditutup dengan cara dibanting hingga memanggil
para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut dan bahkan berdiri
berjam-jam di depan jendela untuk berbicara dengan burung walet yang bertengga
di pohon samping kelasnya.
Akhirnya mama tak bisa berbuat apa-apa selain
menyekolahkan anaknya ke sekolah lain. Sekolah yang bisa memahami dan mengajari
putrinya menyesuaikan diri dengan orang lain. Setelah mencari kemana-mana
akhirnya Mama menemukan sekolah yang pantas untuk purtinya. Mama tidak bilang
kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah karena Mama tidak ingin
putrinya menderita tekanan batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu
Totto-chan sampai dewasa kelak. Dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe
Gakuen.
Totto-chan senang sekali, di sekolah itu para murid
belajar di dalam gerbong kereta sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar
sambil melihat ke halaman sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik
kereta. Sekolah yang berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna
hitam dan putih ini di kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah
yang lain. Di sekolah Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang
mereka sukai. Kepala sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa “sesuatu dari laut dan sesuatu dari
pegunungan“. Dan sebelum makan siang,
kepala sekolah mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan.
Dan biasanya setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan
kemudian, ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada
mereka bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik
Totto-chan sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan
untuk datang ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan
dan peristiwa yang tak terduga. Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain
tak menyadari bahwa perang pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan
segala kengerianya telah mulai terasa di kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap hari, para
pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya dikirim pergi untuk
berperang.
Hingga beberapa hari kemudian, Tomoe terbakar!!
Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak bom yang
dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe sudah tak
ada. Api berkobar menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana
perasaan kepala sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak
saat tahu keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur. Serta dia ingat
kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan bertemu lagi “
dan kata-kata yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak yang benar-benar
baik, kau tahu itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya Totto-chan tertidur.
Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan.
v KEPENGARANGAN
Tetssuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo 9 Agustus
1933. Ayahnya seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama
panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memo ar Otobiografinya 1981. Kuroyanagi pergi ke SD
Tomoe Gakuen ketika masih muda. Setelah itu, ia belajar di Tokyo Collage of
Musik, jurusan opera, karena dia bermaksud untuk menjadi seorang penyanyi
opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongku pada tahun 1979, dia tertarik
untuk bertindak dalam industry televisi hiburan, sehingga dia bergabung di
Tokyo Hoso Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di New York.
Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrakke Jepang
Broadcasting Corporation (NHK)
Tetsuko Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional
yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris
Totto- Chan, The Little Girl At
The Window, World Wide Fund untuk penasihat alam, dan Good Will Ambassador
untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap sebagai salah satu
selebriti Jepang pertama yang mencapai
pengakuan internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi
dalam bukunya Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita
yang paling popular dan di kagumi di Jepang.
Pada tahun
1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang didasarkan pada
pengalamannya bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador 1984-1996. Kuroyanagi
adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Untuk
keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi memenangkan Budaya
Jepang Broad casting Award, yang merupakan kehormatan tertinggi televisi di
Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa acara televise
favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s
Room.
v
KETERKAITAN NOVEL TOTTO–CHAN DENGAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN (GAYA PENGAJARAN KOBAYASHI DALAM NOVEL TOTTO-CHAN)
Setelah
saya mengetahui cerita Kobayashi dengan keberhasilannya membangun komunikasi
dengan muridnya dan gaya pengajarannya, saya teringat dengan Teori Pola Asuh
dari Diana Baumrind dengan alasan Pendidikan dan Belajar itu sesuatu yang
selalu berkaitan dan manusia iu belajar ketika mulai dari ia lahir dengan
segala keterbatasanya hingga dewasa. Dan pada saat itu, guru kita pertama yaitu
orang tua. Begitu juga ketika kita disekolah, peran orang tua ita diambil alih
oleh guru. Apa yang dilakukan oleh Kobayashi dengan mendengarkan cerita dari
murid-muridnya yang terkadang terlupa oleh beberapa guru, sangat baik untuk
dilakukan oleh para pendidik khususnya guru. Lalu apa hubungannya dengan teori
Pola Asuh Diana Baumrind tersebut, dalam teori tersebut disebutkan ada dampak
yang ditimbulkan dari tiap-tiap pola asuh terhadap anak dikemudian hari.
Berdasarkan
cerita Kobayashi, ketika ia mengajar pola asuh yang digunakan adalah gaya pengasuhan yang positif yang mendorong
anak-anak untuk mandiri, tetapi masih menempatkan batas-batas dan kendali atas
tindakan mereka., dengan mendorong anak untuk menjadi mandiri namun tetap
menempatkan batasan dan tetap mengontrol sikap mereka. Komunikasi secara verbal
yang luas sangat diperbolehkan, dan orang tua ini sangat hangat dan sangat
peduli secara emosi dan fisik terhadap anaknya. Contoh ayah yang bersifat
mengasuh dan mendukung akan bilang dengan merangkul anaknya “kamu seharusnya
tidak melakukan ini, mari kita bicarakan bagaimana kamu menangani situasi
seperti ini lebih baik dilain waktu. Anak yang memilik orang tua yang mengasuh
dan mendukung cenderung berkompeten secara sosial dan memiliki pribadi yang
dapat diandalkan dan dapat bertanggung jawab secara sosial.
Jadi,
secara tidak langsung gaya pengajaran Kobayashi melatih kemampuan sosial dan
kemampuan komunikasi anak. Kedua kemampuan ini tidak boleh dianggap remeh dalam
rangka menumbuhkembangkan potensi anak. Dalam
Psikologi ada Tiga Pendekatan Besar dalam proses Pembelajaran yaitu Kognitif,
Behavioristik dan Humanistik. Pendekatan kognitif menitik berat kan pada proses
kognitif peserta didik. Aspek yang diperhatikan misalnya, memori dan
perkembangan kognitif. Di kaitkan dengan cerita Kobayashi, tidak ada informasi
yang menggambarkan dia menerapkan konsep kognitif dalam pengajarannya.
Sedangkan behavioristik adalah oendekatan dengan menentukan stimulus atau
penguatan apa yang mendukung keberhasilan pembelajaran.
Pendekatan
terakhir yaitu pendekatan humanistik yang menekankan pada pengembangan potensi
individu dan afektif yang lebih baik. Pendekatan ini membuat peserta didik
menjadi lebih nyaman secara afektif karena asas yang dipegang adalah menerima
peserta didik sebagaimana adanya. Beberapa keyakinan mengenai pendekatan
huminstik adalah, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri seperti, harga
diri, efikasi dan kontrol diri, memiliki perasaan yang baik terhadap orang
lain, sekolah harus menyesuaikan dengan baik dengan murid bukan sebaliknya, dan
lain-lain. Selain itu menjadi guru yang komunikatif dengan murid juga termasuk
pendekatan humanistik, kenyamanan afektif bagi peserta didik dianggap dapat
memicu pengembangan diri yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Buku
Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru. Tapi
jika di titik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko kuroyanagi pengarangya, sangat pandai dalam
mengemas kisah pengalaman hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sangat
bermakna. Dan setelah membaca novel ini saya sangat merekomendasikan untuk
dibaca segala kalangan karena mengandung segudang nilai indah yang dapat kita petik dari novel ini. Di
mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat
itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Dan
melalui sosok kepala sekolah kita dapat
belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip
hidup masing-masing. Bagaimana beliau sebagai kepala sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya
melalui perhatian yang benar-benar tulus
dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap selalu tegar dalam
situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan yang menurut
kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup. Dan meskipun dalam novel
ini menggunakan kata yang sulit di mengerti yaitu, bahasa jepang, tetapi tidak membuat kita
merasa bosan saat membacanya karena kita dapat membuka kamus atau internet.
Aneh, Novel Totto Chan yang berakhir dengan
kebahagiaan sangat cocok bagi dongeng anak-anak. Namun, Novel Totto Chan bukan
untuk anak-anak. Ini novel adalah konsumsi orang dewasa yang sudah mampu
berpikir dan merenung. Memang, fungsi novel ini adalah bahan perenungan.
Inilah
keunikan Novel Totto Chan . Novel yang hadir dengan plot yang berbeda. Novel
bercitarasa dewasa dengan plot yang cocok untuk anak-anak. Jika anda ingin
sekedar hiburan maka novel ini kurang cocok. Kalau anda ingin sedikit berpikir
maka novel ini lebih pas.
Novel
ini untuk pembaca yang spesifik. Jika anda memiliki perhatian dan berkecimpung
dengan dunia pendidikan maka novel ini menarik. Jika anda tidak tertarik dengan
dunia pendidikan atau tidak berkecimpung di dunia pendidikan maka Novel Toto
Chan tidak menarik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar