Halaman

Senin, 22 Februari 2016

ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ Novel Totto – Chan “




ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“ novel totto – chan “


    
NAMA     : R. RAHMA ANISA
NO. REG : 7526150418
KELAS    : DIKDAS NR – B
DOSEN   : Dr. RIANA BAGASKOROWATI




    

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

Penuh kelucuan !
Kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang berjudul “Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko kuroyanagi”. Novel ini adalah kenyataan yang berdasarkan ingatan masa kecil Tetsuko. Karena hanya ingatan masa kecil maka Tetsuko tidak mau mengatakan bahwa ini adalah karangan non fiksi. Tetsuko Kuroyanagi mempunyai panggilan Totto-Chan sehingga Judul Novel ini adalah Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela. Novel ini terasa polos, memfokuskan tokoh Totto-Chan dan tidak menggurui. Novel ini penuh pesan untuk menghargai dan menghormati melalui pendidikan. Novel ini dikemas dengan bahasa yang mudah di pahami dan ringan.
Gadis Cilik di Jendela ini mengisahkan pengalaman Totto-chan (panggilan kecil Tetsuko Kuroyanagi) gadis cilik yang kalau boleh saya katakan anak yang sangat aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menjalani kehidupan di Sekolah Dasar (SD) bernama Tomoe Gakuen.
Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang ketiga. Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang penulis juga menjelaskan teman-temanya  di masa kanak-kanak  yang masih lekat dalam ingatanya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.
Kepandaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya sebagai seorang anak-anak meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah kembali  ke masa kanak-kanaknya dan  becerita kepada para pembaca dengan begitu lancarnya.
Setting novel adalah awal tahun 1940-an dan berakhir pertengahan 1945 ketika Jepang kalah dalam perang pasifik. Sekolah Tomoe Gakuen yang hancur karena di bom oleh Sekutu. Model pendidikan yang kontroversial di masa itu. Karena mengedepankan murid sebagai subyek, Guru sebagai fasilitator. Padahal, masa itu adalah masa struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang di jalankan kaalangan bangsawan masih kental di Jepang.
Tetsuko Kuroyanagi mengatakan selaku penulis novel ini, “Aku tidak mengarang-ngarang satu bagian pun. Semua kejadian itu benar-benar terjadi, dan untunglah, aku bisa mengingat-ingat cukup banyak”.
Hebat, Sistem pendidikan yang tertulis dalam Novel ini baru diterapkan di dunia pendidikan di Indonesia secara “resmi” awal tahun 2000-an. Ini ditandai dengan munculnya Kurikulum KTSP, Sekolah Alam, Sekolah Terpadu dan Sekolah RSBI.
Jepang sudah mengalami hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah sistem pendidikan sejak enam tahun yang lalu dan berkembang di era masa kini. Jepang berubah menjadi negara maju dengan bangunan SDM yang kuat. Rentang waktu kurang lebih enam tahun antara Indonesia dan Jepang. Itu bisa di lihat secara kasat mata tanpa harus dengan analisa yang mendalam.
Model pendidikan yang dikembangkan Mr. Kobayashi sang Kepala Sekolah Tomoe Gakuen dikenal sebagai sekolah alam pada saat ini. Pendidikan yang diselaraskan dengan kecenderungan belajar siswa dikenal sebagai Multiple Intelligence Education. Munif Chatib sangat getol mengembangkan model ini.
Paradigma pendidikan Sekolah Tomoe Gakuen adalah Student Centered Learning. Siswa dibebaskan untuk membuat urutan pelajaran sesuai dengan minatnya. Praktek langsung di lapangan dengan sang ahli. Siswa belajar langsung dari sang ahli. Guru wajib mengajar dengan cerdas dan kreatif untuk mengoptimalkan potensi siswa tanpa menggurui.
Semua menjadi paradigma pendidikan Indonesia baru di awal 2000-an. Guru bukan sebagai Dewa yang serba tahu, guru bukan manusia tanpa dosa dan guru bukan orang yang selalu benar. Guru adalah Pengayom, fasilitator dan pelayan siswa untuk meningkatkan kualitas hidup siswa. Kurikulum 2004 dikenal dengan dengan kurikulum KTSP dan dilanjutkan kurikulum 2013.
Jepang  telah menjadikan buku ini sebagai materi pelajaran melalui kementrian pendidikan tahun 1982. Seperti yang ditulis Tetsuko Kuroyanagi dalam catatan akhir novel ini. “Buku ini sekarang resmi menjadi materi pengajaran dengan persetujuan kementrian pendidikan, bab Guru Pertanian akan digunakan di kelas tiga pelajaran bahasa jepang dan bab Sekolah Tua yang Usang di kelas empat untuk pelajaran etika dan budi pekerti”.
Sekolah inklusi sebagai wujud penghargaan HAM dan memberi kesempatan yang sama ke setiap manusia sudah dilakukan oleh Sekolah Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen menerima murid di fabel yaitu Yasuaki Chan. Dia adalah penderita polio yang merasa gembira belajar di  sekolah Tomoe Gakuen.
Yasuaki Chan adalah sahabat karib Totto Chan. Mereka saling menghargai atas segala kelebihan dan kekurangan. Ini hasil pendidikan Tomoe Gakuen yang mengajarkan bahwa setiap manusia adalah indah dan setiap anak adalah baik. Pikiran anak yang polos dan disuntik dengan positive thinking  membuat mereka merasa bahwa sekolah itu indah.
Ini dapat diketahui dalam bagian Pelajaran berenang di Tomoe Gakuen. Anak diwajibkan berenang dengan telanjang baik anak yang sehat secara jasmani maupun yang cacat. Sehingga semua anak melihat semua bagian tubuh temannya tanpa mencela dan tanpa risih. . Tidak ada perbedaan perlakuan dan dihormati semua temannya. Tetapi, kita tidak harus meniru semua yang ada di Tomoe Gakuen.
Semboyan “ciptakan memori indah masa kecilmu” sangat tepat dilakukan di sekolah Tomoe Gakuen.  Murid-murid Tomoe Gakuen sering bertemu di pertemuan alumni.  Mereka sangat terkesan dengan pengalaman belajar di Tomoe Gakuen. Bahkan, Novel Totto Chan sudah terbit sekuelnya pada tahun 2010.  Totto Chan yang berkeliling dunia sebagai duta UNHCR menceritakan pengalamannya tentang anak-anak di berbagai belahan dunia.
Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah  dasar kelas 1  bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila saat itu sang ibu malah  menyahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen! Sebagai pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu semangat dan tidak sabar menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?
Novel ini sangat cocok bagi mahasiswa calon guru, guru dan guru senior sekalipun. Novel ini mengingatkan kita semua tentang hakikat pendidikan dan manusia itu sendiri. Guru ternyata bukan hanya sebuah profesi belaka namun sebuah panggilan jiwa. Kesuksesan pendidikan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh guru-guru yang terlibat.

         
   





BAB II
ISI

A.     Unsur Intrinsik
Tema:
*      Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu  Pendidikan.

Alur:
*      Maju mundur (Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas  Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa- basi. ”Putri anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta anda memindahkan ke sekolah lain.” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 12)
  
Penokohan/perwatakan:
Ø  Totto-chan
*      Periang (Katanya, “ sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa ditarik, tapi meja di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti peti, dan kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 13)
*      Sopan (Sambil membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh semangat, “ Bapak ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 24)
*      Polos (Wataknya yang periang dan terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 27)
*      Cerdik (Lagu pula Mama  dan guru wali kelasnya  yang dulu  pasti heran kalau tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa menemukan  bahan obrolan untuk diceritakan  selama empat jam penuh tanpa henti. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 27)
*      Perhatian (Hari itu Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah  menggigit kulit  kayunya sedikit. Tak satu anak  pun merasa kulit kayu itu pahit, artinya mereka semua sehat. Totto-chan senang sekali. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 210)
*      Lucu (Dengan riang  Totto-chan menyusup masuk dan keluar, menggali lubang  di bawah pagar kawat berduri. Tak heran, celana dalamnya selalu robek-robek. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 114)
*      Ceriwis (Setiap malam Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di sekolah. Ia takkan berhenti bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya tidur.” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 145)

Ø  Mama
*      Penyayang (Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah dan Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan untuk tidak memberi tahu  Totto-chan sampai  dia dewasa kelak. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 18)
*      Sabar (Mama punya sifat yang sangat sabar dan suka bercanda. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 22)
*      Pengertian (Mama tidak pernah berkata pada Totto-chan bahwa ia harus melakukan ini atau itu, tapi kalau Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama selalu setuju. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 175)




Ø  Papa
*      Berpendirian kuat (Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara padanya. Papa mengalami masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau menyerah, demi musik dan biolanya. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 233)

Ø  Kepala sekolah
*      Perhatian (Kepala sekolah masih memeriksa kotak bekal kelima puluh muridnya, untuk memastikan mereka membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan” dan membawa dua panci, siap menambahkan makanan dari laut atau dari daratan yang tidak mereka bawa. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 121)
*      Percaya diri (Kepala sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah ompong. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 124)

Ø  Takahashi
*      Sopan (Anak itu melepas topinya, membungkuk  menghormat, dan malu-malu, “ senang berkenalan dengan kalian.” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 115)

Ø  Tai-chan
*      Cerdas (Anak itu cerdas dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan dialah yang mengajari  Totto-chan mengucapkan kata Inggris untuk rubah. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 190)

Ø  Miyo-chan
*      Suka memuji (Miyo-chan dan teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh! Kepang!” Totto-chan senang sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba rambutnya. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 157)

Ø  Sakko-chan
*      Disiplin (Anak itu mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya lalu meletakkan kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan meletakkan tasnya di rak barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 35)

Ø  Yasuaki-chan
*      Percaya diri (“Aku kena polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.” Dia mengulurkan tanganya, jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti lengket satu sama lain. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 39)

Ø  Oe
*      Nakal (Oe mendekat lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil berkata, “aku capek. Dan menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh terduduk. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 157)

Ø  Ryo-chan
*      Pekerja keras (Ryo-chan, tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan bisa melakukan pekerjaan apa saja,rupanya sudah bekerja sangat keras. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 163)




Latar /setting :
Ø  Tempat
*      Stasiun kereta (Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Totto-chan melewati pintu pemeriksaan karcis. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 9)
*      Dalam kelas (Belajar di sini rasanya akan seperti melakukan perjalanan menyenangkan. Satu-satunya yang berbeda adalah papan tulis di bagian depan gerbong dan tempak duduk menyamping yang telah diganti dengan mej kursi sekolah yang semua menghadap ke depan. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 34)
*      Aula sekolah (Setelah menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan “Itadakimasu” dan mulai menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan”. Selama beberapa waktu Aula menjadi sunyi. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 47)
*      Kolam renang (Sangat berkesan bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya ia berenang di kolam renang.tanpa mengenakan apa-apa. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 70)
*      Gedung latihan (Totto-chan menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan sudah agak bobrok. Angin yang bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan musik sampai jauh keluar dari gedung latihan. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 92)
*      Di kamar (Totto-chan mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di rumah, setelah ia pulang sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di kamarnya sebelum makan malam. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 127)
*      Di perpustakaan (Seluruh murid Tomoe lima puluh anak masuk ke perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka memilih buku yang mereka sukai lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah dari mereka hanya bisa memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 164)     

Ø  Suasana
*      Hening (Semua gerbong kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama untuk semua kelas sudah dimulai. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 22)
*      Menyenangkan (Sambil berseru-seru  riang “ kita berkemah! Kita berkemah!” anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan sederhana ini tidur di dalam tenda  di Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan bagi para murid. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 77)
*      Mengharukan (Begitu sampai lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil terisak-isak , “Belum pernah aku sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku. Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam, ya, Ma! Pa?” (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 109)
*      Mengherankan (Batu penanda itu masih ada di situ, persis seperti ketika ditinggalkan kemarin. Ia menggali-gali  di sekitarnya, tapi uang lima sen itu tak bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius  yang tak mungkin  dilupakanya. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 145)
*      Menyedihkan (Kemudian dia mengeluarkan tangan dari saku dan memandang anak-anak. Kelihatanya dia baru saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya pelan.” Kita semua akan menghadiri pemakamanya hari ini. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 223)
*      Menegangkan (Banyak bom yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa gerbong-gerbong kereta api yang berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak mungkin dipadamkan, meratakanya dengan tanah. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 247)

Ø  Waktu
*      Pagi hari (Tadi pagi ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru ketahuan bahwa ternyata semua gaun buatan  Mama robek, jadi dia harus mengenakan rok yang di belikan Mama. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 26)
*      Siang hari (Setelah makan siang, Totto-chan bermain  di halaman sekolah bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas  tempat guru mereka sudah menunggu. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 48)
*      Sore hari (Sore itu murid-murid tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 67)
*      Malam hari (Malam itu, sebelum tidur Totto-chan teringat dompetnya yang indah dan jatuh ke dalam lubang gelap. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 60)

Ø  Sudut pandang:
*      Sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh utama (Ia selalu melakukan hal-hal seperti itu dan melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil Mama atau Papa. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 188)

Ø  Amanat:
*      Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila saat itu  sang Ibu malah menyalakan  Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen.
*      Rutinitas yang terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat motivasi kita untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi  dari Tomoe Gakuen mereka begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode pembelajaran yang memang membangkitkan rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar memaparkan teori saja.
*      Amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah  bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing.
*      Juga bagaimana Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika  kita sedang mengalami kegagalan  yang menurut  kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup.

Ø  Gaya bahasa
*      Tata bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis dengan sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas, menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Sehingga kita tidak bosan  saat membacanya.



v Unsur Ekstrinsik
Ø  Nilai moral:
*      Pasalnya setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak  nila-nilai moral yang di sampaikan oleh penulis. Seperti  kehidupan sehari-hari siswa-siswi di Tomoe telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 95)  
           
Ø  Nilai sosial:
*      Dalam novel ini mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam kehidupan bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali mengundang Yasuaki-chan ke pohonnya dan memperlihatkan banyak hal kepada kawanya itu. Dan demi membantu kawanya mencapai puncak ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri.    (Totto-chan memegangi tangan kawannya yang jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian ia berkata “Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di lekukan cabang pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut tertumpang pada puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang melihatnya akan menjerit karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan berbahaya. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 83)   

Ø  Nilai adat istiadat:
*      Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe Gakuen, setiap tanggal 14 desember mereka mengunjungi Kuil  Sengkuji dan berziarah untuk memperingati  Empat Puluh Tujuh Ronin melaksanakan balas dendam mereka yang termasyhur. (Gadis Cilik di Jendela. Halaman 150)

v   Konflik
Mama di panggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa basi. “ Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda memindahkan ke sekolah lain.” Kemudian ibu guru muda yang manis itu mendesah. “ kesabaran saya benar-benar sudah habis.”
Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan seluruh kelas ? pikirnya menebak-nebak.
Sambil mengedip-ngedip gugup,  sang guru mulai menjelaskan. Saya sudah memberi tahu  bahwa murid-murid tidak boleh membuka atau menutup mejanya kecuali untuk mengambil atau memasukkan sesuatu. Eh, putri Anda malah jadi terus- terusan mengeluarkan atau memasukkan sesuatu yang ada di mejanya dan membantingnya. Selain itu pada saat waktu pelajaran Totto-chan memanggil-manggil pemusik jalanan dan menyuruh untuk bernyanyi, karena dinding sekolah dan jalan hanya di batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam kelas bisa dengan mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.
 “Apa lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan perasan makin tak enak.
“Apa lagi?” seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di lakukannya, saya tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.” Selain itu bukan hanya satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga mendapat kesulitan.
Akhirnya Mama melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu. Dengan harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan akhirnya Mama menemukan sekolah yang bisa menerima Totto –chan. Nama sekolah itu adalah Tomoe Gakuen.

v   KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
*        Kelebihan
Novel ini sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang nyata, deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada dalam cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu sehingga kita tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak hanya untuk memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita. 

*        Kelemahan
Dari banyaknya kelebihan yang ada, novel ini juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah terdapat kata-kata yang sulit di mengerti sehingga kita perlu bantuan kamus untuk menikmati membaca novel ini.

v SINOPSIS
Buku ini bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik yang harus di keluarkan dari sekolahnya di usia 7 tahun. Guru-guru di sekolah menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar tentang sesuatu dan dipandang aneh jika dibandingkan dengan teman-temanya. Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan di kelas. Mulai dari masalah laci, Totto-chan yang selalu membuka ratusan kali dan ditutup dengan cara dibanting hingga memanggil para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut dan bahkan berdiri berjam-jam di depan jendela untuk berbicara dengan burung walet yang bertengga di pohon samping kelasnya.
Akhirnya mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain. Sekolah yang bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan diri dengan orang lain. Setelah mencari kemana-mana akhirnya Mama menemukan sekolah yang pantas untuk purtinya. Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah karena Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dewasa kelak. Dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen.
Totto-chan senang sekali, di sekolah itu para murid belajar di dalam gerbong kereta sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik kereta. Sekolah yang berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini di kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah yang lain. Di sekolah Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Kepala sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa  “sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan“. Dan  sebelum makan siang, kepala sekolah mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan. Dan biasanya setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan kemudian, ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada mereka bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik Totto-chan sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan untuk datang ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang tak terduga. Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain tak menyadari bahwa perang pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan segala kengerianya telah mulai terasa di kehidupan  Totto-chan dan keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya dikirim pergi untuk berperang.  
Hingga beberapa hari kemudian, Tomoe terbakar!!
Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur. Serta dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan bertemu lagi “ dan kata-kata yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya Totto-chan tertidur. Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan.

v KEPENGARANGAN
Tetssuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo 9 Agustus 1933. Ayahnya seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memo ar  Otobiografinya 1981. Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe Gakuen ketika masih muda. Setelah itu, ia belajar di Tokyo Collage of Musik, jurusan opera, karena dia bermaksud untuk menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongku pada tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industry televisi hiburan, sehingga dia bergabung di Tokyo Hoso Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrakke Jepang Broadcasting Corporation (NHK)
Tetsuko Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis buku  anak terlaris  Totto- Chan, The Little Girl  At The Window, World Wide Fund untuk penasihat alam, dan Good Will Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap sebagai salah satu selebriti  Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam bukunya Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita yang paling popular dan di kagumi di Jepang.     
Pada tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang didasarkan pada pengalamannya bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador 1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi memenangkan Budaya Jepang Broad casting Award, yang merupakan kehormatan tertinggi televisi di Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa acara televise favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s  Room.




v  KETERKAITAN NOVEL TOTTO–CHAN DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN (GAYA PENGAJARAN KOBAYASHI DALAM NOVEL TOTTO-CHAN)
Setelah saya mengetahui cerita Kobayashi dengan keberhasilannya membangun komunikasi dengan muridnya dan gaya pengajarannya, saya teringat dengan Teori Pola Asuh dari Diana Baumrind dengan alasan Pendidikan dan Belajar itu sesuatu yang selalu berkaitan dan manusia iu belajar ketika mulai dari ia lahir dengan segala keterbatasanya hingga dewasa. Dan pada saat itu, guru kita pertama yaitu orang tua. Begitu juga ketika kita disekolah, peran orang tua ita diambil alih oleh guru. Apa yang dilakukan oleh Kobayashi dengan mendengarkan cerita dari murid-muridnya yang terkadang terlupa oleh beberapa guru, sangat baik untuk dilakukan oleh para pendidik khususnya guru. Lalu apa hubungannya dengan teori Pola Asuh Diana Baumrind tersebut, dalam teori tersebut disebutkan ada dampak yang ditimbulkan dari tiap-tiap pola asuh terhadap anak dikemudian hari. 
Berdasarkan cerita Kobayashi, ketika ia mengajar pola asuh yang digunakan adalah gaya pengasuhan yang positif yang mendorong anak-anak untuk mandiri, tetapi masih menempatkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka., dengan mendorong anak untuk menjadi mandiri namun tetap menempatkan batasan dan tetap mengontrol sikap mereka. Komunikasi secara verbal yang luas sangat diperbolehkan, dan orang tua ini sangat hangat dan sangat peduli secara emosi dan fisik terhadap anaknya. Contoh ayah yang bersifat mengasuh dan mendukung akan bilang dengan merangkul anaknya “kamu seharusnya tidak melakukan ini, mari kita bicarakan bagaimana kamu menangani situasi seperti ini lebih baik dilain waktu. Anak yang memilik orang tua yang mengasuh dan mendukung cenderung berkompeten secara sosial dan memiliki pribadi yang dapat diandalkan dan dapat bertanggung jawab secara sosial.
Jadi, secara tidak langsung gaya pengajaran Kobayashi melatih kemampuan sosial dan kemampuan komunikasi anak. Kedua kemampuan ini tidak boleh dianggap remeh dalam rangka menumbuhkembangkan potensi anak.  Dalam Psikologi ada Tiga Pendekatan Besar dalam proses Pembelajaran yaitu Kognitif, Behavioristik dan Humanistik. Pendekatan kognitif menitik berat kan pada proses kognitif peserta didik. Aspek yang diperhatikan misalnya, memori dan perkembangan kognitif. Di kaitkan dengan cerita Kobayashi, tidak ada informasi yang menggambarkan dia menerapkan konsep kognitif dalam pengajarannya. Sedangkan behavioristik adalah oendekatan dengan menentukan stimulus atau penguatan apa yang mendukung keberhasilan pembelajaran. 
Pendekatan terakhir yaitu pendekatan humanistik yang menekankan pada pengembangan potensi individu dan afektif yang lebih baik. Pendekatan ini membuat peserta didik menjadi lebih nyaman secara afektif karena asas yang dipegang adalah menerima peserta didik sebagaimana adanya. Beberapa keyakinan mengenai pendekatan huminstik adalah, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri seperti, harga diri, efikasi dan kontrol diri, memiliki perasaan yang baik terhadap orang lain, sekolah harus menyesuaikan dengan baik dengan murid bukan sebaliknya, dan lain-lain. Selain itu menjadi guru yang komunikatif dengan murid juga termasuk pendekatan humanistik, kenyamanan afektif bagi peserta didik dianggap dapat memicu pengembangan diri yang lebih baik.






BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru. Tapi jika di titik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko  kuroyanagi pengarangya, sangat pandai dalam mengemas kisah pengalaman hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sangat bermakna. Dan setelah membaca novel ini saya sangat merekomendasikan untuk dibaca segala kalangan karena mengandung segudang nilai indah  yang dapat kita petik dari novel ini. Di mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Dan melalui sosok kepala sekolah  kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak  berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana beliau sebagai kepala sekolah  mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar  tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup. Dan meskipun dalam novel ini menggunakan kata yang sulit di mengerti yaitu,  bahasa jepang, tetapi tidak membuat kita merasa bosan saat membacanya karena kita dapat membuka kamus atau internet.
Aneh, Novel Totto Chan yang berakhir dengan kebahagiaan sangat cocok bagi dongeng anak-anak. Namun, Novel Totto Chan bukan untuk anak-anak. Ini novel adalah konsumsi orang dewasa yang sudah mampu berpikir dan merenung. Memang, fungsi novel ini adalah bahan perenungan.
Inilah keunikan Novel Totto Chan . Novel yang hadir dengan plot yang berbeda. Novel bercitarasa dewasa dengan plot yang cocok untuk anak-anak. Jika anda ingin sekedar hiburan maka novel ini kurang cocok. Kalau anda ingin sedikit berpikir maka novel ini lebih pas.
Novel ini untuk pembaca yang spesifik. Jika anda memiliki perhatian dan berkecimpung dengan dunia pendidikan maka novel ini menarik. Jika anda tidak tertarik dengan dunia pendidikan atau tidak berkecimpung di dunia pendidikan maka Novel Toto Chan tidak menarik.





 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar