Halaman

Senin, 22 Februari 2016

ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN “PENGELOLAAN KELAS”


ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
 “PENGELOLAAN KELAS”

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang
Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar-mengajar baik yang bersifat instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal. Apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan efektif apabila diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar-mengajar, mengenali masalah-masalah apa sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar-mengajar, penguasaan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas serta kapan penggunaan pendekatan yang tepat.
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.

         Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknya kelas manajemen secara baik dan profesional.
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting.
Di sini jelas bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu  pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang di nilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.

 
B.  Rumusan Penulisan
Adapun rumusan penulisan pada makalah ini adalah :
1.     Apakah yang di maksud pengelolaan kelas?
2.    Apa tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif?
3.    Mengapa kelas perlu di kelola secara efektif ?
4.    Bagaimana mendesain lingkungan fisik kelas?
5.    Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran?
6.    Bagaimana cara menjadi komunikator yang baik?
7.    Menjelaskan cara menghadapi perilaku bermasalah!

C.  Tujuan Penulisan
Dari rumusan penulisan di atas maka tujuannya adalah :
1.     Mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
2.    Mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif.
3.    Mengetahui mengapa manajemen kelas itu menantang dan perlu.
4.    Mendeskripsikan desain positif lingkungan fisik kelas.
5.    Mendiskusikan cara menciptakan lingkungan kelas yang positif.
6.    Mengidentifikasikan beberapa pendekatan yang baik untuk berkomunikasi baik bagi murid maupun guru
7.    Merumuskan beberapa pendekatan efektif yang dapat di gunakan guru untuk mengatasi perilaku yang bermasalah



 
BAB II
PEMBAHASAN

1.     Pengelolaan Kelas
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Suharsimi mengatakan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan (Djamarah, 2006:175). Secara umum, manajemen adalah  suatu kegiatan untuk menciptakan dan memertahankan kondisi yang optimal  bagi terjadinya proses belajar  di dalamnya mencakup pengaturan siswa dan fasilitas, yang dikerjakan  mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.
4
Sedangkan pengertian  umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara itu, menurut Oemar Hamalik (1987:31) menjelaskan “kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru”. Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas adalah ruangan belajar atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Definisi pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini. Pengelolaan  kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Pengelolaan  kelas  yang berdasarkan  prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (Behavior-Modification) , yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
5
Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan  guru adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).
Disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu guru dan siswa. Guru dalam menjalankan fungsinya tidak hanya bertindak sebagai penyampai materi pelajaran tetapi juga dapat berfungsi selaku pengelola atau “manager” kelas. Siswa ditempatkan tidak hanya sebagai obyek yang menjadi sasaran pembelajaran tetapi juga dapat diposisikan sebagai subyek yang dinamis dan ikut dilibatkan dalam proses atau kegiatan pengelolaan kelas.


 
2.  Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Suharsimi Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian.
Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas :
1.     Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.    Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3.    Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu:
1)    Tujuan untuk siswa:
a.  Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b.    Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c.    Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
2)   Tujuan untuk guru:
a.    Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b.    Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c.    Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d.    Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Jadi, pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien serta agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.

3.  Mengapa Kelas Perlu Dikelola Secara Efektif
   Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer & worsham, 2003). Pandangan lama menekan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengkontrol tindak tanduk murid. Pandangan baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri (Kennedy, dkk., 2001). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif pemikiran dan konstruksi pengetahuan sosial (Charles & Senter,2002). Kelas anda adalah bagian dari konteks kultur sekolah yang lebih luas dan bahwa dalam area seperti itu kebijakan disiplin dan manajemen konflik anda harus mencerminkan dan konsisten dengan kebijakan sekolah dan guru lainnya di sekolah. Karena  jika kelas di kelola secara efektif, maka kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran, sehingga akan pengelolaan kelas yang baik akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Jika kelas dikelola dengan buruk, maka kelas akan menjadi kacau dan tidak menarik sebagai tempat untuk belajar.

a.  Isu Managemen Sekolah Dasar dan Menengah
Kelas di SD dan SMP/SMA mengandung banyak isu manajeman yang mirip. Pada semua level pendidikan, manajer kelas yang baik mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara efektif dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.  
Dibanyak SD, guru harus menghadapi 20 sampai 25 murid seharian. Di SMP dan SMA, guru menghadapi lima atau enam kelompok terdiri dari 20 sampai 25 murid selama 50 menit sehari. Dibandingkan dengan sekolah menengah, murid SD lebih banyak menghabiskan banyak waktu dengan murid yang sama di kelas kecil dan berinteraksi dengan orang yang sama selama seharian sehingga bisa menimbulkan kebosanan dan problem lain. Akan tetapi, dengan 100 sampai 150 murid, guru di sekolah menengah lebih banyak menghadapi problem ketimbang guru SD. Karena guru sekolah menengah menghabiskan lebih sedikit waktu dengan murid di kelas, akan lebih sulit bagi mereka untuk membangun hubungan yang profesional dengan murid. Problem disiplin di sekolah menengah biasanya lebih berat, murid lebih membangkang pada aturan dan bahkan bertindak yang berbahaya. Karena kebanyakan murid sekolah menengah punya keterampilan penalaran yang lebih maju ketimbang murid SD, mereka mungkin menginginkan penjelasan yang lebih logis dan masuk akal tentag aturan dan disiplin di berlakukan. Seperti yang akan kita lihat nanti, baik di level sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi padat, kompleks dan kacau.

b.  Kelas Padat, Kompleks dan Berpontensi Kacau
Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam   
karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya :
*      Kelas adalah multidimension. Kelas adalah pengaturan untuk banyak kegiatan belajar dan mengajar, mulai dari aktifitas akademik, seperti membaca, manulis dan matematika. Aktifitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat. Guru harus mencatat jadwal dan membuat murid menuruti dengan jadwal. Tugas harus di berikan di monitor, di koleksi dan di evaluasi. Murid punya kebutuhan individual yang dipenuhi jika guru mau memperhatikannya.
*     Aktivitas terjadi secara simultan. 
    Misalnya satu kelompok murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lain mendiskusikan cerita dari guru, dan yang lainnya lagi mungkin akan berbicara tentang apa yang mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.
*      Hal-hal terjadi secara cepat. Misalnya, dua murid berdebat tentang kepemilikan buku, bertengkar, berkelahi, mengeluh ada yang menyontes tugasnya, dan sebagainya.
*      Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi. Misalnya tiba-tiba salah satu dari murid ada yang sakit, komputer kerja rusak, pertemuan mendadak, dan lain sebagainya.
*      Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat guru mengatasi masalah, melihat kejadian tak terduga, dan mengalami frustasi. Bahkan guru itu sendiri, kadang mengeluh kalau mereka berada di atas bara api atau terus menerus dipeloti oleh puluhan pasang mata.
*      Kelas punya sejarah. Murid tentu memiliki kenangan tentang apa yang terjadi dikelas pada waktu dulu. Karena masa lalu mempengaruhi masa depan, maka disini lah seorang guru dituntut untuk membangun prinsip manejemen kelas yang efektif pada murid terutama di minggu-minggu pertama sekolah.

c.   Memulai Dengan Benar
Untuk mengelola kompleksitas adalah mengelola hari – hari pertama dan minggu – minggu awal masa sekolah secara cermat dan hati - hati. Perbedaan pengelolaan kelas dulu dan sekarang. Dulu guru bertindak sebagai pengatur. Siswa / murid bersifat pasif dan harus patuh pada aturan-aturan sehingga siswa menjadi tidak begitu terlibat dalam proses pembelajaran aktif.
 Guru tidak menerima protes dari siswa. Sekarang, guru bertindak sebagai fasilitator, pemandu dan koordinator. Guru hanya mengarahkan, sedangkan murid-murid aktif dalam proses belajar di kelas. Pengelolaan kelas itu berfokus pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri serta menekankan pada regulasi diri siswa.


d.  Penekanan Pada Pembelajaran Dan Suasana Kelas Yang Positif
Bahwa kurangnya disiplin adalah problem utama di sekolah. Manajer yang efektif jauh lebih baik ketimbang menajer yang  tidak efektif dalam memanajemen aktifitas kelompok.

e.  Tujuan Dan Strategi Manajemen
Manajemen kelas yang efektif memiliki beberapa tujuan yaitu :
*       Mewujudkan kondisi kelas yang baik yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.
*       Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
*       Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar yang efektif.
*       Membina dan membimbing murid sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.
*       Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Jadi, kunci awal manajemen kelas itu ada pada awal masa sekolah, yaitu dengan menyampaikan aturan dan prosedur yang akan digunakan pada kelas dan mengajak siswa untuk bekerja sama agar mematuhinya serta mengajak siswa terlibat aktif dalam semua kelas.
Ada 6 strategi yang dilakukan dalam manajemen kelas :
*      Mendesain lingkungan fisik kelas.
*     
12
Menciptakan lingkungan yang positif untuk pebelajaran.
*      Membuat, mengajarkan, dan mempertahankan aturan dan prosedur.
*      Mengajak murid untuk bekerja sama.
*      Menjadi komunikator yang baik.
*      Menghadapi perilaku bermasalah.
4.  Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
a.    Berikut ini ada beberapa prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas:
*        Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang.
*      Pastikan bahwa guru dapat dengan mudah melihat semua murd.
*      Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
*      Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

b.  Gaya Penataan
Ada beberapa gaya penataan kelas :
*       Gaya auditorium, yaitu gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja.
*       Gaya tatap muka (face-to-face), yaitu gaya susunan kelas diman murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain  akan lebih besar pada susunan ini ketimbang gaya auditorial.
*       Gaya off-set, yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau emapat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran koorperatif.
* Gaya seminar, yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran atau persegi atau bentuk U. Ini efektif ketika guru menginginkan murid berbicara satu sama lain atau dengan guru itu sendiri.
*       Gaya klaster, yaitu gaya susunan kelas di mana sejumlah murid, (biasanya empat sampai delapan murid) bekerja dalam kelompok kecil. Ini efektif untuk aktivitas kolaboratif.
5.  Menciptakan Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran
a.  Strategi Umum
Ada 3 stategi umum yang biasanya dipakai, yakni :
*       Gaya otoritatif adalah melakukan pewrcakapan dengan murid, memerhatikan murid dan membatasi perilaku murid jika diperlukan. Pengajaran yang otoritatif berhubungan dengan perilaku murid yang kompeten. Hal ini sangat bertolak belakang dengan gaya otoriter dan permisif.
*       Gaya yang otoriter adalah gaya yang restriktif dan punitif. Guru yang otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan murid. Di sini murid akan cenderung lebih pasif, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.
*       Gaya yang permisif, memberikan banyak otonomi kepada murid namun tidak memberi banyak dukungan untuk mengembangkan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka.
Manajer kelas yang efektif :
*      Menunjukkan seberapa jauh mereka mengikuti.
*      Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. 
*      Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.

b.  Membuat, Mengajarkan dan Mempertahankan Aturan Dan Prosedur
Kita harus membedakan antara aturan dengan prosedur. Aturan fokus pada ekspektasi umum atau spesifik atau standar perilaku. Sedangkan prosedur berisi ekspektasi tentang perilaku, namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan untuk melarang perilaku tertentu.

c.   Mengajak Murid Untuk Berkerja Sama
Ada 3 stategi : 
*      Menjalin hubungan positif dengan murid.
*      Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab.
*      Beri hadiah terhadap perilaku yang tepat dengan menggunakan pedoman tentang memilih penguat yang efektif, gunakan prompts dan shaping secara efektif, serta gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku murid.

6.  Menjadi Komunikator Yang Baik
Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan komunikasi nonverbal.
a.  Keterampilan Berbicara
Beberapa strategi untuk berbicara dengan jelas dengan kelas :
*       Menggunakan tata bahasa dengan benar.
*       Memilih kosakata yang gampang dipahami dan sesuai dengan grade murid.
*       Berbicara dengan tempo yang tepat.
*       Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur.
*
Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara secara jelas di kelas.
Penggunaan pesan kamu dan saya. Pesan kamu adalah gaya komuniksi yang tidak diinginkan karena pembicara tampak menghakimi orang lain. Pesan saya adalah gaya komunikasi yang merefleksikan perasaan pembicara dan lebih baik ketimbang pernyataan kamu yang mengandung nada menghakimi.
Ada 4 gaya dalam penanganan konflik :
*       Gaya agresif : galak kepada orang lain dan bersikap menuntut, kasar, dan bermusuhan.
*       Gaya manipulatif : mendapatkan keinginannya dengan membuat orang lain merasa bersalah.
*       Gaya pasif : pasrah dan tidak mau memberi tahu orang lain keinginannya.
*       Gaya asertif : mengekspresikan perasaannya.
Tentu ada rintangan dalam komunikasi verbal yang efektif seperti kritik, menasihati, ceramah moral dan lain-lain. Keterampilan berbicara salah satunya adalah memberi ceramah yang efektif.

b.  Keterampilan Mendengar
Kita harus mendengar aktif. Mendengar aktif adalah memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dan emosional dari pesan. Beberapa strategi untuk mengembangkan keterampilan mendengar yang baik :
§  Beri perhatian cermat pada orang yang sedang berbicara.
§  Parafrasa.
§  Sintesiskan tema dan pola.
§  Beri umpan balik dan tanggapan dengan cara yang kompeten.
 
c.   Berkomunikasi Secara Nonverbal
§  Ekspresi wajah dan komunikasi mata.
§  Sentuhan.
§  Ruang.
§  Diam.
Dengan diam, seorang pendengar yang baik akan dapat mengamati mata pembicara, ekspresi wajah, postur dan isyarat komunikasi, memikirkan tentang apa yang sedang dikomunikasikan oleh orang lain, bertanya-tanya apa yang sesungguhnya dirasakan orang lain, serta mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

7.  Menghadapi Perilaku Bermasalah
a.  Strategi Manajemen
Strategi intervensi minor yang efektif :
*       Gunakan isyarat nonverbal.
*       Terus lanjutkan aktivitas belajar.
*       Dekati murid.
*       Arahkan perilaku.
*       Beri instruksi yang dibutuhkan.
*       Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung.
*       Beri murid pilihan.
Strategi intervensi moderat :
*       Jangan beri previlese atau aktivitas yang mereka inginkan.
*       Buat perjanjian behavioral.
*       Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas.
*      
17
Kenakan hukuman atau sanksi.
Dalam menghadapi perilaku bermasalah juga dapat menggunakan sumber daya lain, seperti mediasi teman sebaya, konferensi guru-orang tua, dan minta bantuan kepada kepala sekolah atau konselor. 

b.  Menghadapi Agresi
Kekerasan di sekolah sudah menjadi perhatian besar. Di sekolah dasar anda menghentikan perkelahian tanpa resiko cidera pada diri anda. Apabila karena suatu alasan anda tidak bisa campur tangan, cari bantuan guru lain atau staff sekolah. Jika anda menengahi perkelahian anak SMP atau SMA, anda mungkin butuh bantua satu atau dua orang dewasa lainnya. Perilaku ini menimbulkan kecemasan dan kemarahan. Umumnya adalah mendinginkan pihak yang bertengkar sehingga mereka bisa tenang dahulu. Kemudian pertemukan kedua pihak yang berkelahi itu dan selidiki pendapat mereka. Tanyakan saksi mata apabila perlu. Tekankan bahwa perkelahian adalah tindakan yang salah dan tunjukkan pentingnya memahami pandangan orang lain dan arti penting dari kerjasama.
Bullying, banyak murid menjadi korban penghinaan atau perploncoan (bullies). Bullying di definisikan sebagai tindakan verbal atau fisik yang di maksudkan untuk mengganggu orang lain yang lebih lemah. Anak – anak yang dirinya di hina mengatakan bahwa dirinya merasa kesepian dan kesulitan untuk menjalin persahabatan, sedangkan orang yang melakukan bullying kemungkinan adalah mereka yang prestasi akademiknya rendah atau suka merokok dan minum – minuman beralkohol. Mereka bisa depresi, kehilangan minat untuk masuk sekolah atau bahkan tidak mau bersekolah. Efek bullying di masa remaja awal dapat bertahan hingga dewasa.

 
c.   Program Berbasis Kelas Dan Sekolah
Sejumlah program berbasis kelas dan sekolah untuk mengatasi perilaku bermasalah menggunakan pendekatan pengayaan kopetensi sosial dan resolusi konflik. Program pengayaan kopetensi sosial. Beberapa pakar berpendapat bahwa perencanaan sekolah yang terkoordinasi, kurikulum dan pengajaran bermutu tinggi dan lingkungan sekolah yang suportif adalah hal – hal yang di butuhkan untuk menangani murid yang bermasalah dalam perilakunya. Tipe ini di maksudkan untuk meningkatkan kompetensi sosial murid dengan meningkatkan keterampilan dalam menghadapi hidup dan mengembangkan keahlian sosioemosional.
Proyek peningkatan kesadaran sosial-pemecahan problem sosial. Selama fase instruksional, guru menggunakan pelajaran tertulis unuk memperkenalkan aktifitas kelas. Pelajaran itu dibuat dengan format : (1) berbagi kisah kesuksesan personal, situasi problem dan perasaan yang ingin di bagi murid kepada gurunya dan keteman-temannya; (2) ulasan ringkas terhadap keahlian kognitif, emosional atau behavioral yang akan di ajarkan selama sesi pelajaran; (3) presentasi tulisan dan video situasi yang membutuhkan aplikasi keahlian; (4) mendiskusi situasi dan cara menggunakan keahlian baru; (5)role-playing yang mendorong pelatihan keahlian behavioral dan (6) ringkasan dan ulasan. Guru juga mengintegrasikan aktivitas penyadaran sosial dan pemecahan masalah ke dalam aktivitas kelas dan instruksi harian. Evaluasi menunjukan bahwaaprogram ini mampu membantu murid mengatasi situasi problem sehari-hari dan mengurangi tindak kekerasan.

Tiga C dalam manajemen kelas dan sekolah. Menciptakan program manajemen kelas untuk mengatasi problem yang menyebabkan gangguan dan melemahkan proses pembelajaran Program mereka menekankan pemberian bimbingan pada murid untuk mempelajari cara mengatur perilaku mereka sendiri. Program itu adalah program tiga C ;
*       Cooperative community. Komunitas pembelajaran akan mendapatkan manfaat jika partisipan punya interdependensi positif satu sama lain.
*       Construktif conflict resolution. Ketika timbul konflik, konflik itu tidak bisa dipecahkan secara konstruktif melalui training resolusi konflik untuk semua partisipan dalam komunitas pembelajaran.
*       Civic values. Komunitas kooperatif dan resolusi konflik konstruktif hanya jika komunitas pembelajaran berbagi nilai nilai civic yang sama, nilai yang menjadi pedoman pembuatan keputusan.

 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu guru dan siswa. Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1.     Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.    Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang. Dalam pengelolaan kelas harus diperhatikan dengan strategi yang efektif:
1.     Memulai pelajaran tepat waktu.
2.    Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan antar format dan tujuan pengajaran, misalnya untuk pengajaran dengan menggunakan model diskusi, bangku siswa dibentuk setengah lingkaran.
3.   Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4.  Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan konsisten.
5.    Peralihan yang mulus antar segmen pelajaran.
6.    Siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
7.    Pemberian pekerjaan rumah.
8.    Mempertahankan momentum selama pelajaran.
9. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.

B.  Saran
Dikatakan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu  pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran.
Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air.



 
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
http://suryanyzhou.blogspot.co.id/2014/06/pengelolaan-manajemen-kelas.html
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popi, Sopiatin. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Cilegon: Ghalia Indonesia.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
W. Santrock, John (Diterjemahkan oleh Harya Bimasena).2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar