ORIENTASI
BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“PENGELOLAAN KELAS”
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan yang
diniatkan dalam setiap kegiatan belajar-mengajar baik yang bersifat
instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal. Apabila
dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta
didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta
didik di dalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang
diharapkan efektif apabila diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah
yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses
belajar-mengajar, mengenali masalah-masalah apa sajakah yang diperkirakan dan
biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar-mengajar, penguasaan berbagai
pendekatan dalam pengelolaan kelas serta kapan penggunaan pendekatan yang
tepat.
Sekolah adalah
tempat belajar bagi siswa dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam
kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang
optimal. Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa
dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pelajaran.
Kegiatan guru
di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan
seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan
siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas
bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan
mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran
dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa,
mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh
kegiatan mengelola kelas.
Kegagalan
seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti
prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran
yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang
sangat penting.
Di sini jelas
bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu
pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan
tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas
demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut
secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang
kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan
guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang di nilai
efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
B. Rumusan Penulisan
Adapun rumusan penulisan pada makalah ini adalah :
1. Apakah yang di maksud pengelolaan kelas?
2. Apa tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif?
3. Mengapa kelas perlu di kelola secara efektif ?
4. Bagaimana mendesain lingkungan fisik kelas?
5. Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang positif
untuk pembelajaran?
6. Bagaimana cara menjadi komunikator yang baik?
7. Menjelaskan cara menghadapi perilaku bermasalah!
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan penulisan di atas maka tujuannya adalah :
1. Mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
2. Mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif.
3. Mengetahui mengapa manajemen kelas itu menantang dan
perlu.
4. Mendeskripsikan desain positif lingkungan fisik kelas.
5. Mendiskusikan cara menciptakan lingkungan kelas yang
positif.
6. Mengidentifikasikan beberapa pendekatan yang baik
untuk berkomunikasi baik bagi murid maupun guru
7. Merumuskan beberapa pendekatan efektif yang dapat di
gunakan guru untuk mengatasi perilaku yang bermasalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengelolaan Kelas
Kata manajemen berasal dari bahasa
Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management
dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Suharsimi mengatakan bahwa manajemen
atau pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu
kegiatan (Djamarah, 2006:175). Secara umum, manajemen adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan dan memertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar di dalamnya mencakup pengaturan siswa dan
fasilitas, yang dikerjakan mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di
dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.
4
|
Definisi pengelolaan kelas atau
pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada
lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini. Pengelolaan
kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat
diutamakan.
Pengelolan kelas yang bersifat
permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru adalah memaksimalkan
perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa
bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru
menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Pengelolaan
kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku
(Behavior-Modification)
, yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari
tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari
teori penguatan (reinforcement).
5
|
Pengelolaan kelas yang bertolak dari
anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group
process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa
pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian,
kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti
terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual.
Peranan guru adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas
yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif
(Depdikbud, 1982).
Disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan
tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di
kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu,
penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang
(peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam pengelolaan kelas terdapat dua
komponen yang sangat penting yaitu guru dan siswa. Guru dalam menjalankan
fungsinya tidak hanya bertindak sebagai penyampai materi pelajaran tetapi juga
dapat berfungsi selaku pengelola atau “manager” kelas. Siswa ditempatkan tidak
hanya sebagai obyek yang menjadi sasaran pembelajaran tetapi juga dapat
diposisikan sebagai subyek yang dinamis dan ikut dilibatkan dalam proses atau
kegiatan pengelolaan kelas.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif
Tujuan pengelolaan kelas menurut
Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan
pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta
apresiasi pada siswa. Sedangkan Suharsimi Arikunto (dalam Djamarah 2006:178)
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisian.
Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas :
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal,
sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan
siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat
dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa
yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat
masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran
pada masa mendatang.
Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Tujuan untuk siswa:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggungjawab
individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang
sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu
peringatan dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri
dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
2) Tujuan untuk guru:
a. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian
pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan
memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif
terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih
komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku
siswa yang muncul didalam kelas.
Jadi, pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi di dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas
yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya.
Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai dan agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib,
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien serta
agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana
yang kondusif, efektif dan efisien.
3. Mengapa Kelas Perlu Dikelola Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer
& worsham, 2003). Pandangan lama menekan pada penciptaan dan pengaplikasian
aturan untuk mengkontrol tindak tanduk murid. Pandangan baru memfokuskan pada
kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri
(Kennedy, dkk., 2001). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap
pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam
pembelajaran aktif pemikiran dan konstruksi pengetahuan sosial (Charles &
Senter,2002). Kelas anda adalah bagian dari konteks kultur sekolah yang lebih
luas dan bahwa dalam area seperti itu kebijakan disiplin dan manajemen konflik
anda harus mencerminkan dan konsisten dengan kebijakan sekolah dan guru lainnya
di sekolah. Karena jika kelas di kelola secara efektif, maka kelas
akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran, sehingga akan
pengelolaan kelas yang baik akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid.
Jika kelas dikelola dengan buruk, maka kelas akan menjadi kacau dan tidak
menarik sebagai tempat untuk belajar.
a. Isu Managemen Sekolah Dasar dan Menengah
Kelas di SD dan SMP/SMA
mengandung banyak isu manajeman yang mirip. Pada semua level pendidikan,
manajer kelas yang baik mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran
yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun
dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara
efektif dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
Dibanyak SD, guru harus
menghadapi 20 sampai 25 murid seharian. Di SMP dan SMA, guru menghadapi lima
atau enam kelompok terdiri dari 20 sampai 25 murid selama 50 menit sehari.
Dibandingkan dengan sekolah menengah, murid SD lebih banyak menghabiskan banyak
waktu dengan murid yang sama di kelas kecil dan berinteraksi dengan orang yang
sama selama seharian sehingga bisa menimbulkan kebosanan dan problem lain. Akan
tetapi, dengan 100 sampai 150 murid, guru di sekolah menengah lebih banyak
menghadapi problem ketimbang guru SD. Karena guru sekolah menengah menghabiskan
lebih sedikit waktu dengan murid di kelas, akan lebih sulit bagi mereka untuk
membangun hubungan yang profesional dengan murid. Problem disiplin di sekolah
menengah biasanya lebih berat, murid lebih membangkang pada aturan dan bahkan
bertindak yang berbahaya. Karena kebanyakan murid sekolah menengah punya
keterampilan penalaran yang lebih maju ketimbang murid SD, mereka mungkin
menginginkan penjelasan yang lebih logis dan masuk akal tentag aturan dan
disiplin di berlakukan. Seperti yang akan kita lihat nanti, baik di level
sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi padat, kompleks dan kacau.
b. Kelas Padat, Kompleks dan Berpontensi Kacau
Dalam
menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam
karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya :
Kelas adalah multidimension. Kelas adalah pengaturan untuk
banyak kegiatan belajar dan mengajar, mulai dari aktifitas akademik, seperti
membaca, manulis dan matematika. Aktifitas sosial, seperti bermain,
berkomunikasi dengan teman dan berdebat. Guru harus mencatat jadwal dan membuat
murid menuruti dengan jadwal. Tugas harus di berikan di monitor, di koleksi dan
di evaluasi. Murid punya kebutuhan individual yang dipenuhi jika guru mau
memperhatikannya.
Aktivitas terjadi
secara simultan.
Misalnya satu
kelompok murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lain mendiskusikan
cerita dari guru, dan yang lainnya lagi mungkin akan berbicara tentang apa yang
mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.
Hal-hal terjadi secara cepat. Misalnya, dua murid berdebat tentang
kepemilikan buku, bertengkar, berkelahi, mengeluh ada yang menyontes tugasnya,
dan sebagainya.
Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi. Misalnya tiba-tiba salah satu dari murid ada
yang sakit, komputer kerja rusak, pertemuan mendadak, dan lain sebagainya.
Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat guru mengatasi masalah,
melihat kejadian tak terduga, dan mengalami frustasi. Bahkan guru itu sendiri,
kadang mengeluh kalau mereka berada di atas bara api atau terus menerus
dipeloti oleh puluhan pasang mata.
Kelas punya sejarah. Murid tentu memiliki kenangan tentang apa yang terjadi dikelas pada
waktu dulu. Karena masa lalu mempengaruhi masa depan, maka disini lah seorang
guru dituntut untuk membangun prinsip manejemen kelas yang efektif pada murid
terutama di minggu-minggu pertama sekolah.
c. Memulai Dengan Benar
Untuk
mengelola kompleksitas adalah mengelola hari – hari pertama dan minggu – minggu
awal masa sekolah secara cermat dan hati - hati. Perbedaan pengelolaan kelas
dulu dan sekarang. Dulu guru bertindak sebagai pengatur.
Siswa / murid bersifat pasif dan harus patuh pada aturan-aturan sehingga siswa
menjadi tidak begitu terlibat dalam proses pembelajaran aktif.
Guru tidak menerima protes dari siswa. Sekarang, guru bertindak sebagai
fasilitator, pemandu dan koordinator. Guru hanya mengarahkan, sedangkan
murid-murid aktif dalam proses belajar di kelas. Pengelolaan kelas itu berfokus
pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk
menata diri serta menekankan pada regulasi diri siswa.
d. Penekanan Pada Pembelajaran Dan Suasana Kelas Yang
Positif
Bahwa kurangnya disiplin
adalah problem utama di sekolah. Manajer yang efektif jauh lebih baik ketimbang
menajer yang tidak efektif dalam
memanajemen aktifitas kelompok.
e. Tujuan Dan Strategi Manajemen
Manajemen
kelas yang efektif memiliki beberapa tujuan yaitu :
Mewujudkan
kondisi kelas yang baik yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin.
Membantu murid
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas
yang tidak diorientasikan pada tujuan.
Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar
yang efektif.
Membina dan
membimbing murid sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta
sifat-sifat individunya.
Mencegah murid
mengalami problem akademik dan emosional.
Jadi, kunci awal manajemen kelas itu
ada pada awal masa sekolah, yaitu dengan menyampaikan aturan dan prosedur yang
akan digunakan pada kelas dan mengajak siswa untuk bekerja sama agar
mematuhinya serta mengajak siswa terlibat aktif dalam semua kelas.
Ada 6 strategi
yang dilakukan dalam manajemen kelas :
Mendesain
lingkungan fisik kelas.
12
|
Membuat,
mengajarkan, dan mempertahankan aturan dan prosedur.
Mengajak murid
untuk bekerja sama.
Menjadi
komunikator yang baik.
Menghadapi
perilaku bermasalah.
4. Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
a. Berikut
ini ada beberapa prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas:
Kurangi
kepadatan di tempat lalu lalang.
Pastikan
bahwa guru dapat dengan mudah melihat semua murd.
Materi
pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
Pastikan
murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
b. Gaya Penataan
Ada beberapa
gaya penataan kelas :
Gaya
auditorium, yaitu gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap
guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak
kemana saja.
Gaya tatap muka
(face-to-face), yaitu gaya susunan kelas diman murid saling menghadap.
Gangguan dari murid lain akan lebih
besar pada susunan ini ketimbang gaya auditorial.
Gaya off-set,
yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau emapat anak)
duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat
efektif untuk kegiatan pembelajaran koorperatif.
Gaya
seminar, yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau
lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran atau persegi atau bentuk U. Ini
efektif ketika guru menginginkan murid berbicara satu sama lain atau dengan
guru itu sendiri.
Gaya klaster,
yaitu gaya susunan kelas di mana sejumlah murid, (biasanya empat sampai delapan
murid) bekerja dalam kelompok kecil. Ini efektif untuk aktivitas kolaboratif.
5. Menciptakan
Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran
a. Strategi Umum
Ada 3 stategi umum yang biasanya dipakai, yakni :
Gaya otoritatif adalah melakukan pewrcakapan
dengan murid, memerhatikan murid dan membatasi perilaku murid jika diperlukan.
Pengajaran yang otoritatif berhubungan dengan perilaku murid yang kompeten. Hal
ini sangat bertolak belakang dengan gaya otoriter dan permisif.
Gaya yang otoriter adalah gaya yang restriktif dan
punitif. Guru yang otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak
banyak melakukan percakapan dengan murid. Di sini murid akan cenderung lebih
pasif, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.
Gaya yang permisif, memberikan banyak otonomi
kepada murid namun tidak memberi banyak dukungan untuk mengembangkan keahlian
pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka.
Manajer
kelas yang efektif :
Menunjukkan
seberapa jauh mereka mengikuti.
Menjaga
kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
Libatkan
murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.
b. Membuat,
Mengajarkan dan Mempertahankan Aturan Dan Prosedur
Kita
harus membedakan antara aturan dengan prosedur. Aturan fokus pada ekspektasi
umum atau spesifik atau standar perilaku. Sedangkan prosedur berisi ekspektasi
tentang perilaku, namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan untuk melarang perilaku tertentu.
c.
Mengajak Murid Untuk Berkerja Sama
Ada 3
stategi :
Menjalin
hubungan positif dengan murid.
Mengajak
murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab.
Beri hadiah
terhadap perilaku yang tepat dengan menggunakan pedoman tentang memilih penguat
yang efektif, gunakan prompts dan shaping secara efektif, serta gunakan hadiah
untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku
murid.
6. Menjadi
Komunikator Yang Baik
Tiga
aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan
komunikasi nonverbal.
a. Keterampilan
Berbicara
Beberapa
strategi untuk berbicara dengan jelas dengan kelas :
Menggunakan
tata bahasa dengan benar.
Memilih
kosakata yang gampang dipahami dan sesuai dengan grade murid.
Berbicara
dengan tempo yang tepat.
Tidak
menyampaikan hal-hal yang kabur.
Penggunaan pesan kamu dan saya.
Pesan kamu adalah gaya komuniksi yang tidak diinginkan karena pembicara tampak
menghakimi orang lain. Pesan saya adalah gaya komunikasi yang merefleksikan
perasaan pembicara dan lebih baik ketimbang pernyataan kamu yang mengandung
nada menghakimi.
Ada 4 gaya
dalam penanganan konflik :
Gaya agresif :
galak kepada orang lain dan bersikap menuntut, kasar, dan bermusuhan.
Gaya
manipulatif : mendapatkan keinginannya dengan membuat orang lain merasa
bersalah.
Gaya pasif :
pasrah dan tidak mau memberi tahu orang lain keinginannya.
Gaya asertif :
mengekspresikan perasaannya.
Tentu ada rintangan dalam komunikasi verbal yang
efektif seperti kritik, menasihati, ceramah moral dan lain-lain. Keterampilan
berbicara salah satunya adalah memberi ceramah yang efektif.
b. Keterampilan
Mendengar
Kita harus mendengar aktif. Mendengar
aktif adalah memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi
intelektual dan emosional dari pesan. Beberapa strategi untuk mengembangkan keterampilan
mendengar yang baik :
§ Beri perhatian cermat pada orang yang
sedang berbicara.
§ Parafrasa.
§ Sintesiskan tema dan pola.
§ Beri umpan balik dan tanggapan dengan
cara yang kompeten.
c.
Berkomunikasi Secara Nonverbal
§ Ekspresi wajah dan komunikasi mata.
§ Sentuhan.
§ Ruang.
§ Diam.
Dengan
diam, seorang pendengar yang baik akan dapat mengamati mata pembicara, ekspresi
wajah, postur dan isyarat komunikasi, memikirkan tentang apa yang sedang
dikomunikasikan oleh orang lain, bertanya-tanya apa yang sesungguhnya dirasakan
orang lain, serta mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
7. Menghadapi
Perilaku Bermasalah
a. Strategi
Manajemen
Strategi intervensi minor yang efektif :
Gunakan isyarat
nonverbal.
Terus lanjutkan
aktivitas belajar.
Dekati murid.
Arahkan
perilaku.
Beri instruksi
yang dibutuhkan.
Suruh murid
berhenti dengan nada tegas dan langsung.
Beri murid
pilihan.
Strategi intervensi moderat :
Jangan beri
previlese atau aktivitas yang mereka inginkan.
Buat perjanjian
behavioral.
Pisahkan atau
keluarkan murid dari kelas.
17
|
Dalam
menghadapi perilaku bermasalah juga dapat menggunakan sumber daya lain, seperti
mediasi teman sebaya, konferensi guru-orang tua, dan minta bantuan kepada
kepala sekolah atau konselor.
b. Menghadapi
Agresi
Kekerasan di sekolah sudah menjadi perhatian besar. Di
sekolah dasar anda menghentikan perkelahian tanpa resiko cidera pada diri anda.
Apabila karena suatu alasan anda tidak bisa campur tangan, cari bantuan guru
lain atau staff sekolah. Jika anda menengahi perkelahian anak SMP atau SMA,
anda mungkin butuh bantua satu atau dua orang dewasa lainnya. Perilaku ini
menimbulkan kecemasan dan kemarahan. Umumnya adalah mendinginkan pihak yang
bertengkar sehingga mereka bisa tenang dahulu. Kemudian pertemukan kedua pihak
yang berkelahi itu dan selidiki pendapat mereka. Tanyakan saksi mata apabila
perlu. Tekankan bahwa perkelahian adalah tindakan yang salah dan tunjukkan
pentingnya memahami pandangan orang lain dan arti penting dari kerjasama.
Bullying, banyak murid menjadi korban penghinaan atau
perploncoan (bullies). Bullying di definisikan sebagai tindakan
verbal atau fisik yang di maksudkan untuk mengganggu orang lain yang lebih
lemah. Anak – anak yang dirinya di hina mengatakan bahwa dirinya merasa
kesepian dan kesulitan untuk menjalin persahabatan, sedangkan orang yang
melakukan bullying kemungkinan adalah
mereka yang prestasi akademiknya rendah atau suka merokok dan minum – minuman
beralkohol. Mereka bisa depresi, kehilangan minat untuk masuk sekolah atau
bahkan tidak mau bersekolah. Efek bullying
di masa remaja awal dapat bertahan hingga dewasa.
c.
Program Berbasis Kelas Dan Sekolah
Sejumlah program berbasis kelas dan sekolah untuk
mengatasi perilaku bermasalah menggunakan pendekatan pengayaan kopetensi sosial
dan resolusi konflik. Program pengayaan kopetensi sosial. Beberapa pakar
berpendapat bahwa perencanaan sekolah yang terkoordinasi, kurikulum dan
pengajaran bermutu tinggi dan lingkungan sekolah yang suportif adalah hal – hal
yang di butuhkan untuk menangani murid yang bermasalah dalam perilakunya. Tipe
ini di maksudkan untuk meningkatkan kompetensi sosial murid dengan meningkatkan
keterampilan dalam menghadapi hidup dan mengembangkan keahlian sosioemosional.
Proyek peningkatan kesadaran sosial-pemecahan problem
sosial. Selama fase instruksional, guru menggunakan pelajaran tertulis unuk
memperkenalkan aktifitas kelas. Pelajaran itu dibuat dengan format : (1)
berbagi kisah kesuksesan personal, situasi problem dan perasaan yang ingin di
bagi murid kepada gurunya dan keteman-temannya; (2) ulasan ringkas terhadap
keahlian kognitif, emosional atau behavioral yang akan di ajarkan selama sesi
pelajaran; (3) presentasi tulisan dan video situasi yang membutuhkan aplikasi
keahlian; (4) mendiskusi situasi dan cara menggunakan keahlian baru; (5)role-playing yang mendorong pelatihan keahlian
behavioral dan (6) ringkasan dan ulasan. Guru juga mengintegrasikan aktivitas
penyadaran sosial dan pemecahan masalah ke dalam aktivitas kelas dan instruksi
harian. Evaluasi menunjukan bahwaaprogram ini mampu membantu murid mengatasi
situasi problem sehari-hari dan mengurangi tindak kekerasan.
Cooperative
community. Komunitas pembelajaran akan mendapatkan manfaat jika partisipan
punya interdependensi positif satu sama lain.
Construktif conflict
resolution. Ketika timbul konflik, konflik itu tidak bisa dipecahkan secara
konstruktif melalui training resolusi konflik untuk semua partisipan dalam
komunitas pembelajaran.
Civic values.
Komunitas kooperatif dan resolusi konflik konstruktif hanya jika komunitas
pembelajaran berbagi nilai nilai civic yang sama, nilai yang menjadi pedoman
pembuatan keputusan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan
kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru
dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar di kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat
waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan
orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam
pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu guru dan
siswa. Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal,
sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan
siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat
dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa
yang tergolong lamban.
Untuk memberi
kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas
demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang. Dalam pengelolaan kelas harus
diperhatikan dengan strategi yang efektif:
1. Memulai pelajaran tepat waktu.
2. Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan
antar format dan tujuan pengajaran, misalnya untuk pengajaran dengan
menggunakan model diskusi, bangku siswa dibentuk setengah lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat
dilaksanakan dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antar segmen pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama pelajaran.
9. Downtime, kelebihan
waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan tugas-tugas dalam proses
belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.
B. Saran
Dikatakan bahwa
pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu pentingnya
pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan
tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas
demi kelangsungan proses pembelajaran.
Guru sebagai
tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja
tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan
kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu
sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang
pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan
salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan
yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
http://suryanyzhou.blogspot.co.id/2014/06/pengelolaan-manajemen-kelas.html
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan
pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popi, Sopiatin. 2010. Manajemen
Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Cilegon: Ghalia Indonesia.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen
Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
W.
Santrock, John (Diterjemahkan oleh Harya Bimasena).2014. Psikologi
Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar