RPP adalah rencana dalam proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen bertujuan untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus.
FORMAT RPP
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : .........................
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : IV
(Empat) /2 (dua)
Alokasi waktu : 2 x 35
menit
A.
Standar
Kompetensi :
2. Menjumlahkan
dan mengurangkan bilangan bulat.
B.
Kompetensi Dasar
2.1 Mengurutkan bilangan bulat
C.
Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
§
Menerapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan
sehari-hari
§
Membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat
§
Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
§
Mengenal lawan suatu bilangan
§
Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau
terbesar
v
Karakter siswa yang
diharapkan : Disiplin ( Discipline ),
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence ) dan Tanggung jawab ( responsibility )
D.
Materi Ajar
BILANGAN
§ Mengurutkan Bilangan bulat
E.
Metoda Pembelajaran
§ deduktif-deskriptif (meringkas uraian materi)
§ ekspositori (menerangkan)
§ tanya jawab
§ latihan
F.
Langkah-langkah Pembelajaran
§ Kegiatan awal
Apresepsi dan Motivasi
-
Mengingat kembali konsep Mengurutkan
bilangan bulat
-
Melakukan game yang berhubungan
dengan Mengurutkan bilangan bulat dari bilangan
§ Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F
Siswa dapat Menjelaskan cara membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat
pada garis bilangan
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F
Mencontohkan langkah mengerjakan latihan
F
Memeriksa pekerjaan siswa dan menugaskan untuk mengerjakan di depan
F
Tanya jawab
& Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diketahui siswa
F
Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
§
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
F
Memberikan latihan soal
F
Memberikan soal Pekerjaan Rumah
F
Menutup pelajaran
G.
Alat/Bahan dan Sumber Belajar
§ Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung
untuk Sekolah Dasar Kelas 4,
§ Matematika SD untuk Kelas IV 4B,
H.
Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
o Menerapkan
bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari
o Membaca
dan menuliskan lambang bilangan bulat
o Menentukan
letak bilangan bulat pada garis bilangan
o Mengenal
lawan suatu bilangan
o Mengurutkan
sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar
|
Tugas Individu
dan Kelompok
|
Laporan
buku pekerjaan rumah
|
o Terapkan
bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari ?
o Bacakanlah
dan Tuliskanlah lambang bilangan bulat ?
o Tentukan
letak bilangan bulat pada garis bilangan ?
o Kenalkanlah lawan suatu bilangan ?
o Kurutkanlah
sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar ?
|
Format Kriteria Penilaian
& Produk ( hasil diskusi
)
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
*
semua benar
*
sebagian besar benar
*
sebagian kecil benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
& Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
|
Pengetahuan
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
|
Lembar Penilaian
No
|
Nama Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah Skor
|
Nilai
|
Pengetahuan
|
Sikap
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
|
|
|
|
|
|
CATATAN
:
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak
memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
............, ......................20 ...
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Mapel Matematika
.................................. ..................................
NIP
: NIP :
PENGERTIAN DARI KEGIATAN YANG ADA DI DALAM RPP
1.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan rancangan yang berisi prosedur dan pengorganisasian pembelajaran. Rpp
berisi penjabaran membelajarakan kompetensi dasar tertentu yang termuat dalam
silabus. Adapun hal-hal/komponen yang termuat dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran antara lain:
a.
Identitas
RPP
Identitas RPP meliputi satuan pendidikan, kelas/program, semester,
mata pelajaran, dan waktu/ pertemuan.
b.
Standar
kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan menimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai siswa pada suatu mata pelajaran. Standar kompetensi
tiap-tiap mata pelajaran telah ditentukan dalam standar isi, akan tetapi tiap
satuan pendidikan diperbolehkan mengembangkan standar kompetensi sesuai dengan
kebutuhan sekolah dan siswa (kebutuhan dunia kerja, pembangunan daerah dan
nasional (acuan operasional penyusunan KTSP).
c.
Kompetensi
dasar
Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai
siswa yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar yang
merupakan penjabaran standar kompetensi pun telah terdapat dalam standar isi
dan tak menutup kemungkinan untuk dilengkapi atau dikembangkan seperti halnya
standar kompetensi. Namun perlu diperhatikan dalam menambah dan mengembangkan
SK atau KD dalam sebuah mata pelajaran tidak boleh mengurangi Standat Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan dalam Standar Isi.
d.
Inidikator
pencapaian kompetensi
Indikator merupakan tanda-tanda yang menunjukan ketercapaian suatu
KD ketika dibelajarkan kepada siswa. Indicator merupakan jabaran perilaku dari
Kompetensi Dasar. Indicator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur dengan berbagai instrument penilaian.
Perumusan indicator tiap kompetensi dasar merupakan tugas guru pada
tiap-tiap satuan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan
siswa. Seorang guru dapat merumuskan indicator kompetensi dasar sangat
tergantung pada tingkat pemahaman guru memahami sebuah kompetensi dasar.
Seorang guru dapat merumuskan indikator
dengan baik jika guru tersebut memiliki pemahaman yang baik terhadap kompetensi
dasar. Tanpa pemahaman yang baik dalam merumuskan indicator dapat terjadi
kesalahan yaitu indicator yang dirumuskan tidak sesuai atau tidak mencirikan
ketercapaian kompetensi dasar yang diajarkan.Indicator sendiri memiliki fungsi
sebagai alat ukur penentu keberhasilan pembelajaran sebuah kompetensi dasar. Dengan
fungsi tersebut, indikator menjadi bahan acuan dalam menyusun bahan ajar,
menentukan penilaian terhadap ketercapaian KD, penentuan kegiatan siswa dalam
rangka menguasai KD, dan menentukan alat, bahan, media dan sumber belajar.
e.
Tujuan
pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang akan dicapai oleh siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk
rinci dari kompetensi dasar, mirip seperti indikator tetapi berbeda karena
indikator berupa tanda-tanda ketercapaian sebuah KD sedangkan tujuan merupakan
tujuan atau hasil penguasaan kompetensi dasar. Dengan kemiripan indikator
dengan tujuan pembelajaran biasanya indikator langsung diturunkan menjadi
tujuan pembeajaran. Namun demikian, tujuan pembelajaran harus jelas dan rinci
tiap aspek penguasaanya pada kompetensi dasar, jadi ketika indikator yang
dirumuskan masih dapat diperinci lagi dalam tujuan pembelajaran harus ditulis
yang paling rinci.
f.
Materi
ajar
Materi ajar atau materi pembelajaran merupakan materi yang akan
disampaikan yang merupakan bentuk nyata/materi dari sebuah kompetensi dasar.
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, model, dan prosedur. Dalam
penyusunanya sampai sekarang ini masih terjadi kesimpangsiuran antara ditulis
sebagai materi ajar lengkap atau hanya butir-butir/pokok materinya saja.
Terlepas dari hal itu, yang terpenting dalam membuat perencanaan pembelajaran
materi ajar yang disusun haruslah lengkap yang muat keempat hal tersebut di
atas.
g.
Alokasi
waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai kebutuhan ketercapaian Kompetensi
dasar yang telah dirumuskan pada awal tahun pelajaran sesuai beban belajar
siswa.
h.
Metode
pembelajaran
Yang terpenting dari penggunaan atau pemilihan metode pemblejarn
adalah metode pembelajaran yang dipilih dapat mendorong terjadinya suasana
belajar yang kondusif sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan nyaman.
Pemilihan metode pembelajaran sangat bergantung pada materi yang diajarkan dan
kondisi siswa yang akan diberi pelajaran. Oleh karena itu penyusunan
perencanaan pembelajaran dalam hal ini untuk memilih metode pembelajaran
seharusnya dilakukan oleh guru yang mengenal betul kondisi kelas agar metode
yang dipilih berterima dengan siswa.
i.
Kegiatan
pembelajaran
Kegiatan pembelajaran disusun untuk membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diberikan. Kegiatan pembelajaran merupakan hal yang
sangat menentukan dalam keberhsilan sisswa menguasai kompetensi dasar. Dengan
kegiatan pembelajaran yang disusun dengan tepat siswa akan lebih mudah
menguasai materi ajar yang diberikan. Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran,
harus diperkirakan bagaimana indikator keberhsilan belajar.
Apakah langkah-langkah yang disusun dalam kegiatan itu dapat
mencakup setiap indikator byang telah dirumuskan. Jika semua indikator sudah
dapat ternaungi oleh kegiatan pembelajara yang disusun maka tujuan pembelajaran
akan lebih mudah dicapai dan ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar
akan sangat baik. Ada sebuah catatan yaitu “kegiatan pembelajaran yang bermakna
akan memiliki dampak terhadap perilaku siswa, siswa tak hanya tahu atau hafal
saja”. Tahapan dalam kegiatan pembelajaran meliputi 3 hal yaitu pendahuluan,
inti, dan penutup.
v Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran yang memiliki
tujuan mengodisikan siswa pada kesiapan menerima pelajaran. Kegiatan yang
dilakukan untuk mengondisikan siswa ini dapat berupa pemberian motivasi belajar
siswa dan upaya memfokuskan siswa pada pelajaran yang akan disampaikan. Dengan
kata lain kegiatan pendahuluan dapat disebut juga tahap situasional.
v Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pemberian pembelajaran sesuai dengan
KD yang hendak dicapai. Kegitan inti ini harus dirinci sedemikian rupa agar
siswa benar-benar memahami KD yang hendak dicapai. Perincian tersebut termuat
dalam pembagian kegiatan inti ini menjadi tiga tahap yaitu ekplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dengan ketiga tahap tersebut siswa akan mendapat
pemahaman yang kuat karena siswa tak hanya menerima dari guru saja melainkan
siswa juga terlibat aktif dalam pemerolehan pemahaman dan penguasaan KD.
v Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. menutup pelajaran
tidak hanya sekadar mengkhiri pelajaran dengan salam, tetapi di sini adalah
penekanan/penguatan terhadap apa yang telah diperoleh siswa selama mengikuti
pembelajaran. guru memberikan simpulan terhadap apa yang telah dipelajari. Hal
ini dilakukan agar siswa menjadi lebih yakin terhadap pemahaman yang telah siswa
peroleh, karena pada dasarnya siswa akan lebih percaya ketika pemahaman yang
telah mereka peroleh dibenarkan atau dikuatkan oleh guru. Dalam kegiatan
penutup juga dilakukan penilaian dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan.
j.
Sumber
dan media belajar
Sumber dan media belajar digunakan sebagai alat untuk memperlancar
kegiatan pembelajaran. Penentuan sumber dan media belajar disesuaikan pada
kompetensi dasar yang disampaiakan oleh guru dan sarana prasarana yang ada di
sekolah.
Pemilihan sumber dan media belajar yang baik adalah yang dapat
mebantu siswa lebih mudah menerima pelajaran, lebih intensif, dan merangsang
siswa untuk menunjukkan potensi yang dimiliki. Yang terpenting adalah pemilihan
sumber dan media belajar harus didasarkan pada prinsip kemanfaatan, tak harus
mahal atau bernilai tinggi yang penting memiliki manfaat yang optimal dalam
mengantarkan pelajaran.
k.
Penilaian
hasil belajar
Penilaian hasil belajar merupakan penilaian terhadap ketercapaian
tujuan pembelajaran. oleh karena itu, indikator-indikator penguasaan kompetensi
dasar harus termuan dalam instrument penilaian yang dibuat. Bentuk penilaian
dapat dipilih bebas oleh guru asalkan sesuai untuk menunjukkan dan
menggambarkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan.
Dalam membuat penilaian hasil belajar, guru juga harus menyediakan
jawaban atau alternative jawaban serta pedoman penilaian agar terdapat
kejelasan dalam pengukuran tingkat keberhasilan siswa dalam memahami kompetensi
dasar yang disampaikan.
Sedikit hal mengenai perencanaan pembelajaran ini hanyalah sebagian
kecil dari cara mencapai pembelajaran yang berhasil. Perencanaan barulah awal
dan belum menghadapi siswa yang tentunya akan membutuhkan banyak improvisasi
dari guru atas kejadian-kejadian yang mungkin tak tertuliskan dalam
perencanaan. Oleh karena itu kekayaan teknik dan metode mengajar pada seorang
guru adalah hal yang harus selalu dikembangkan.
1.
Pengertian Apersepsi
Apersepsi
berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan
mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan
kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga
menjadi kesanyang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Apersepsi
dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru,
sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga
dengan mudah menyerap pelajaran baru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
apersepsi adalahpengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu
dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan
untuk menerima ide-ide baru. Banyak
ahli yang berusaha mendefinisikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah
memahaminya, maka saya mengartikan apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan
pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru.
Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan
dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya, yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal
pembelajaran yang kondusif, memberi
acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi
(apperception) dan penilaian awal (pre-test). Kegiatan pendahuluan seperti sebagai
berikut:
Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru
sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang
perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif
tersebut misalnya:
a.
Mengecek
atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance).
Sebelum
kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa
terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak
maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan
waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau
meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir,
kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.
b. Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness).
Kesiapan
belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru
dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang dilakukan pada awal
pembelajaran diantaranya:
1. Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan
sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
2. Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam
kelas.
3. Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar
yang tinggi.
4. Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
5. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta minat dan perhatian siswa.
6. Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat
melakukannya.
c.
Menciptakan
suasana belajar yang demokratis.
Sejak saat awal
pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu kondisi atau suasana
belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar.
Suasana yang demokratis dalam pembelajaran terpadu akan menumbuhkan keberanian
siswa dalam menjawab pertanyaan, keberanian untuk bertanya, keberanian
berpendapat atau mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk
kerja (performance). Untuk itu guru hendaknya mengembangkan kegiatan awal
pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa
ditekan atau dipaksa dalam belajar.
2.
Tujuan Apersepsi
Menurut Nurhasnawati,
apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam
bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan
mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang
telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta
sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Contoh usaha guru untuk membuat kaitan dengan aspek
yang relevan
1. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi
yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru
mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran
terdahulu.
2. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal inidilakukan
apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
3. Guru menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena
materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru.
Lebih luas lagi tujuan apersepsi antara lain:
1. Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan
Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita
ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama
bisa kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran
terkadang merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan
materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa
materi yangakan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.
2. Mencoba menyatukan dua dunia
Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan,
namun ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan
materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan
menghubungkan antara kedua materi tersebut.
3. Menciptakan atmosfir
Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap
terus terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain
itu apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat
membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu
untuk mempelajari materi baru.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki
kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh
guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat
memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian
maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar.
Proses belajar tidak dapat
dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman
murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru
hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang
telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari
pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
3.
Manfaat Apersepsi
Apersepsi
Menurut Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk memahami
sesuatu yang belum di ketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian
untuk sesuatu. dari pedoman itu Hebart mengajurkan dalam dunia pendidikan
seperti berikut :
1. Kejelasan : sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian.
2. Asosiasi : peserta didik di beri kesempatan untuk menghubungkan
pengertian baru dengan pengalaman-pengalaman lama.
3. Sistem: disini bahan baru itu ditempatkan dalam hubunganya dengan
hal-hal lain.
4. Metode: peserta didik mendapat tugas untuk dikerjakan. Pengajar
memperbaiki dan memberi petunjuk dimana perlu.
Pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan
5 langkah berikut :
1. Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan
baru.
2. Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam
pengertian.
3. Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu.
4. Sistem:bahan baru dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.
5. Metode:bahan baru dilatih dan digunakan.
Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :
1. Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima
bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi.
2. Presentasi(penyajian):pada fase ini pengajar menyodorkan bahan
pelajaran baru.
3. Asosiasi: bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal
lain ynag berhubungan dengan bahan itu.
4. Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan
prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
5. Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan dan melatih bahan yang dipelajari.
Menurut
Morrison-plan
1. Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik tentang suatu masalah.
2. Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran
dan pendidikan.
3. Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka
dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut.
4. Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar,
kekurang murid sering bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik.
5. Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang
hendak dicapai.
6. Memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran
baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama
sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
Prinsip
Korelasi
Korelasi
yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau dengan pelajaran lain
sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan melahirkan asosiasi dan
apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang
disampaikan.
4.
Pengertian Motivasi
Motivasi
berasal kata motive–motivation yang berarti dorongan atau
keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar
diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut dorongan atau
kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa,
yang mendorongnya untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan.
Motivasi
merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar siswa berkaitan
erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang sedang
belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat
baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar
seperti intrinsik atau motivasi internal.
Motivasi
ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan motivasi belajar dengan tujuan
untuk mendapatkan sesuatu (pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut pula
motivasi murni. Guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri
siswa di awal kegiatan pembelajaran terpadu. Umpamanya dengan cara menjelaskan
kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan
motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan
penguatan seperti memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan, atau memberi nasihat.
Beberapa
cara untuk menumbuhkankembangkan motivasi pada siswa adalah:
Setiap
manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas.
Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan
karena:
a. Setiap
anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda.
b. Setiap
individu berbeda cara belajarnya.
c. Setiap
individu mempunyai minat khusus yang berbeda.
d. Setiap
individu mempunyai latar belakang yang berbeda.
e. Setiap
individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan
guru sesuai dengan perbedaan individual.
f. Setiap
individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
Maksud
dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar
dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama
perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat maka guru harus bersabar dalam
tugas pelayanan belajar pada anak didiknya.
g. Membangkitkan perhatian siswa.
Perhatian ialah
pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek yang
dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik,
dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran
terpadu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada
pelajaran.
Menurut Mc. Donald, yang
dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini,
dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada
diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan
dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M.
Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak
perasaan tidak suka itu.
Menurut Siti
Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat
dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang
tergantung motivasi yang mendasarinya.
Dari beberapa
pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari
luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
5.
Tujuan Motivasi
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan sebagai upaya guru dalam
menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang
akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan,
diantaranya sebagai berikut:
a)
Memberitahukan
tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari. Kegiatan
paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah
memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa
setelah pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari untuk
mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
b)
Menyampaikan
alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan
alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah
menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam
tahapan ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar
yang bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut
atau dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran terpadu.
Misalnya, jika dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus
menyampaikan teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama
kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode
eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen
yang akan ditempuh.
6.
Manfaat Motivasi
Yang dikemukakan
oleh Syaiful Bahri, yaitu :
a)
Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena
ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan
rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap
inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi
sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b) Motivasi
sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan
yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan
raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan
kehendak perbuatan belajar.
c)
Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Yaitu dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang mendukung guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pada
intinya manfaat motivasi dapat di simpulkan bahwa motivasi sebagai penggerak kegiatan,
motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai pengarah perbuatan dan
motivasi sebagai penyeleksi perbuatan.
7.
Pengertian Tujuan Pembelajaran
Desain pembelajaran adalah suatu
prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di
dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan
menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga
dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain
pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan
pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai
teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian
dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.
Menurut Harjanto (2008) desain
pembelajaran dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) apa tujuan
pengajaran (2) apa/bagaimana kegiatan dan sumber belajar (3) bagaimana
evaluasinya. Artinya salah satu hal yang penting dalam proses perancangan atau
desain pembelajaran adalah melakukan perumusan tujuan pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, tujuan
merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya,
tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai
arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini
memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau
diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses
pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Setiap guru perlu memahami dan
terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas
dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses
pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat
mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan
indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan
belajar siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan hal
tersebut, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang
harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.
Tujuan pembelajaran membantu dalam
mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu
guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran,
alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat
evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan
pembelajaran juga dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas
dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat
mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan
tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat
ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
8.
Tujuan Peambelajaran
Tujuan instruksional atau tujuan
pembelajaran menurut Hernawan (2005) terbagi atas beberapa tingkatan yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran yang
paling umum, yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional kita
menurut UU No 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional
yaitu: “Pendidikan Nasional bertujuan menceraskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (pasal 4)”.
2. Tujuan institusional, berisi
rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pebelajar setelah mengikuti
pendidikan pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Misalnya tujuan pendidikan
dasar (SD dan SMP) yaitu: “Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Bab II, Pasal
3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990).
3. Tujuan Kurikuler adalah
rumusan dari setiap mata pelajaran /bidang studi/mata kuliah. Misalnya tujuan
kurikuler mata pelajaran IPA pada pendidikan dasar
Contoh: “Pebelajar memiliki pengetahuan tentang
lingkungan alam serta keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi dalam
kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan pembelajaran umum.
5. Tujuan pembelajaran khusus.
Menurut Harjanto (2008),
perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan
yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta
didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau
subtopik tertentu. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa perumusan
instruksional berfungsi sebagai tercapainya hasil belajar berupa perubahan
tingkah laku dan kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dalam
merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar. Menurut
Bloom dkk dalam Hernawan (2005) jenis belajar atau taksonomi tujuan pendidikan
dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotorik yang akan diuraikan sebagai berikut.
1. Domain afektif
yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,.
Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu:
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi
2. domain afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. Taksonomi ranah
tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: menerima, menanggapi,
menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup.
3. domain psikomotorik
berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Taksonomi ranah tujuan
psikomotorik menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis dan gerakan yang kompleks.
Tujuan
instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan
tujuan instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008)
tujuan instruksional umum (TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan
yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam
kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang
bersifat khusus. sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil
belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku
khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.
Masih menurut Gronlund dalam
Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih
dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil
belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan
insrtruksional umum (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut:
1)
Mencakup
tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses
pengajaraan dalam satu waktu tertentu.
2)
Tidak
terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
3)
Selaras
dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
4)
Cukup
realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan
fasilitas yang ada.
5)
Mempunyai
indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta
didik.
Tujuan instruksional yang kedua
adalah tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan penjabaran dari TIU.
Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK)
adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang
belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman
belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus
(TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan
dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu.
Menurut Suparman (2004), merumuskan
tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh
proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan
titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional). (2) Alat
untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan
dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional
karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam
Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus
mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan
TIK.
1.
Audience
= A
Yaitu siswa yang belajar untuk
mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh
sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya:
siswa kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya.
2.
Behavior
= B
Yaitu kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata
kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang
dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja
operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat,
merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan
oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
3.
Condition
= C
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan
ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan
yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa
dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan
tersebut kita harus menyediakan data) atau “dengan
menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah
menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan
rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai
tujuan tersebut).
4.
Degree
= D
Yaitu tingkat ukuran yag dicapai
untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku
khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal
dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa
dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa
dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau
tiga karakteristik ersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alas
an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila
siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).
Menurut Suparman (2004) komponen
dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD
dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu
A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh
TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif
dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester
III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling
sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD
dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen
Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat
menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80%
benar merupakan komponen degree.
Kriteria dalam merumuskan
TIK berdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menurut Harjanto
(2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasional (2)
berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya memuat
satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) “Siswa
kelas XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas
Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK
ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen
Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior danminimal
dua merupakan komponen degree
dan diberikan merupakan komponen Condition,
Masih menurut Harjanto (2008)
lankah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah:
(1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang
diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan
instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan
dan kesesuaiannya.
9.
Manfaat Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami
berbagai strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan
strategi belajar mengajar.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep
strategi belajar mengajar. Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan
dalam strategi belajar mengajar. Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis
terhadap pemikiran, teori dan fenomena dalam interaksi belajar mengajar, serta
mampu menganalisisnya. Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam
cara belajar mengajar, dan pengembangan paradigma baru pendidikan
manfaat
pembelajaran antara lain adalah:
Sebagai
landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator
yang telah ditetapkan, Memberikan
gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. Karena
disusun dengan menggunakan pendekatan sistem memberikan pengaruh terhadap
pengembangan individu siswa.
10.
Membuat Tujuan Pembelajaran
Berikut disajikan contoh merumuskan / membuat
suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar
(Heriawan:2005).
Mata
Pelajaran :
Ilmu Sosial
Kelas/semester :
IV/1
Kompetensi
dasar :
Memahami cirri-ciri geografis Indonesia
Materi
Pokok :
kenampakan Alam Indonesia
Indikator
pencapaian hasil belajar :
1.
Menemukan
pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia.
2.
Mengidentifikasi
pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia.
3.
Menemukan
pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk dan
tanjung di Indonesia.
Kemudian indicator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang
dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK
yang dapat dibuat berdasarkan tiga indicator di atas, yaitu:
Siswa
kelas VI dapat :
1.
Menyebutkan minimal
5 nama pulau di Indonesia.
2.
Menyebutkan
2 samudra di Indonesia.
3.
Menujukkan
pada peta letak 5 pulau besar.
4.
Menunjukkan
pada peta laut yang mengelilingi Indonesia.
5.
Menunjukkan
pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia.
6.
Meyebutkan minimal
3 nama sungai-sungai yang ada di propinsi Aceh.
7.
Meyebutkan
nama sgunung-gunung yang ada di propinsi Aceh.
8.
Dan
seterusnya.
Tes awal atau pre-test dilaksanakan
untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana materi akan bahan pelajaran yang akan
dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh guru
untuk menentukan darimana pembahasan materi baru akan dimulai.