BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang masalah
Seorang
filsuf Yunani abad ke-4 SM Aristoteles mengatakan bahwa,
“Belajar adalah
kenikmatan alami”.
Tetapi realitas yang
terjadi di sekolah-sekolah atau di madrasah-madrasah banyak anak-anak yang
merasa bahwa belajar itu membosankan. Sehingga banyak dari mereka yang kemudian
berusaha menghindar dari pelajaran baik itu dengan pura-pura sakit, mebolos
atau dengan cara-cara yang lainnya. Hal ini terjadi karena ada kesalahan yang
dilakukan oleh guru tentang cara mengajar siswa. Seorang guru biasanya
menggunakan pendekatan yang kurang tepat sehingga menimbulkan suasana jauh dari
kenyamanan.
Di sisi lain kebanyakan orang setuju bahwa membantu siswa dalam
belajar adalah fungsi vital dari sekolah. Namun, tidak semua orang mengetahui
lalu setuju mengenai cara terbaik untuk belajar. Kita memulai bab ini memulai
dengan apa yang melibatkan pembelajaran, kemudian beralih ke pendekatan
perilaku utama untuk belajar. Selanjutnya, kita membahas bagaimana
prinsip-prinsip perilaku yang diterapkan untuk mendidik siswa. Pada bagian
terakhir, kita akan membahas tentang pendekatan kognitif sosial untuk belajar.
2. Rumusan
Masalah
a. Apakah belajar itu?
b. Apa saja pendekatan
pembelajaran yang efektif untuk dikembangkan di kelas?
c. Apa perbedaan antara
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan?
d. Bagaimana penerapan
analisis perilaku dalam pendidikan?
e. Apa yang dimaksud
dengan pendekatan kognitif sosial dalam pembelajaran?
3. Tujuan
a. Mengetahui definisi
belajar dan gambaran lima pendekatan untuk mempelajarinya
b. Membandingkan
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan
c. Menerapkan analisis
perilaku dalam pendidikan
d. Meringkas pendekatan
kognitif sosial untuk pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apakah
Belajar atau Tidak Belajar?
Belajar
merupakan fokus sentral pembahasan dalam ilmu psikologi pendidikan. Ilmu ini
sangat urgen untuk diterapkan di lingkungan sekolah. Karena memang sekolah
merupakan suatu lingkungan sosial untuk membantu anak-anak belajar.
a. Belajar atau bukan?
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang
relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang
terjadi melalui serangkaian pengalaman yang dialami. Misalnya, ketika seorang
anak belajar mengoperasikan komputer. Mereka mungkin sepanjang perjalannya
melakukan banya kesalahan. Tetapi pada titik tertentu mereka akan mendapatkan
bakat perilaku yang diperlukan untuk menggunakan komputer secara efektif.
Tidak semua yang kita tahu adalah hasil belajar. Kita
mewarisi beberapa kapasitas bawaan atau sejak lahir, tidak dipelajari. Sebagai
contoh, kita tidak harus diajarkan cara berkedip ketika sebuah obyek datang
terlalu dekat dengan mata kita.
b. Pendekatan pembelajaran
Behaviorisme merupakan pandangan bahwa perilaku harus
dijelaskan oleh pengalaman yang dapat diamati secara langsung, bukan dengan
proses mental. Pengkondisian klasik dan operan adalah pandangan tentang
perilaku yang menekankan pada pembelajaran asosiatif. Psikologi menjadi lebih kognitif pada akhir
abad ke-20, dan penekanan kognitif berlanjut sampai hari ini. Hal ini tercermin
dalam empatpendekatan kognitif untuk pembelajaran:
Pendekatan kognitif sosial, menekankan pada interaksi perilaku, lingkungan, dan orang
dalam menjelaskan pembelajaran.
Pendekatan pemrosesan informasi, menekankan pada
bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, memori, berpikir, dan
proses kognitif lainnya.
Pendekatan kontruktivis kognitif, menekankan kontruksi
kognitif pengetahuan dan pemahaman anak.
Pendekatan kontruktivis sosial, menekankan pada
kerjasama dengan pihak lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.
2. Pendekatan Perilaku
Untuk belajar
Perilaku
pendekatan menekankan pentingnya anak-anak membuat hubungan antara pengalaman
dan perilaku. Hal ini mencakup dua pandangan: pengkondisian klasik dan
pengkondisian operan.
a.
Pengkondisian Klasik
Dalam pengkondisian klasik, organisme belajar untuk
menghubungkan atau mengaitkan rangsangan. Pengkondisian klasik adalah gagasan
dari Ivan Pavlov (1927). Untuk sepenuhnya memahami teori Pavlov pengkondiasian
klasik, kita perlu memahami dua rangsangan dan dua jenis tanggapan: rangsanagan
tidak terkondisi (Unconditioned Stimulus-UCS), respon tidak terkondisi (Unconditioned
Respon-UCR), rangsangan terkondisi (conditioned Stimulus-CS) dan
respon terkondisi (conditioned Respon-CR).
UCS adalah stimulus yang secara otomatis menghasilkan
respon tanpa harus belajar sebelumnya. Makanan adalah UCS dalam percobaan
Pavlov. UCR adalah respon tanpa belajar yang secara otomatis ditimbulkan oleh
UCS.
Pengkondisian
klasik merupakan tipe pembelajaran dimana suatu organism belajar untuk
mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Untuk memahami pengkondisian ini, Ivan
Pavlov (1927) membuat sebuah eksperimen. Dalam eksperimennya tersebut Pavlov
menyajikan stimulus netral (bel) sebelum unconditioned stimulus (makanan).
Stimulus netral tersebut menjadi conditioned stimulus setelah dipasangkan
dengan unconditioned stimulus. Kemudian, conditioned stimulus (bel) itu sendiri
bisa membuat anjing berliur.
Dalam eksperimen Pavlov, air liur anjing dalam menanggapi
makanan UCR. CS adalah stimulus yang sebelumnya netral tapi pada akhirnya
memunculkan respon terkondisi setelah dikaitkan dengan UCS. Diantara rangsangan
yang dikondisikan dalam percobaan Pavlov adalah berbagai pemandangan dan suara
yang terjadi sebelum anjing benar-benar memakan makanan. Seperti suara pintu
ditutup sebelum makanan ditempatkan di piring anjing. CR adalah respon yang
dipelajari terhadap stimulus terkondisi yang terjadi setelah UCS-CS
dipasangkan.
Pengkondisian klasik ini dapat terlibat dalam dua
pengalaman positif dan negatif anak-anak di dalam kelas. Diantara hal-hal di
sekolah anak yang menghasilkan kesenangan karena mereka telah mendapatkan
pengkondisian klasik adalah lagu favorit dan perasaan bahwa kelas adalah tempat
yang aman dan menyenangkan. Sebagai contoh sebuah lagu akan menjadi netral
untuk anak sampai ia bergabung dengan teman sekelas lain untuk menyanyikan
dengan disertai perasaan positif.
Anak-anak dapat mengembangkan perasaan takut di kelas
jika mengasosiasikan kelas dengan kritik, sehingga kritik menjadi CS karena
takut. Pengkondisian klasik juga dapat terlibat dalam tes kecemasan. Misalnya,
seorang anak gagal dan dikritik, yang menghasilkan kecemasan, setelah itu, ia
mengasosiasikan tes dengan kecemasan. Sehingga mereka kemudian dapatmenjadi CS
untuk kecemasan.
Ø Desensitisasi
Sistematis
Merupakan suatu metode yang didasarkan pada pengkondisian
klasik untuk mengurangi kecemasan dengan melakukan sesuatu hal untuk
mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi dari situasi berturut yang semakin
memproduksi kecemasan. Bayangkan anda di kelas memiliki seorang siswa yang
merasa gugup ketika berbicara di depan kelas. Tujuan desensitisasi sistematis
adalah mengajari siswa untuk mengasosiasikan bicara di depan kelas dengan
relaksasi, seperti berjalan di pantai yang tenang. Menggunakan visualisasi
berturut-turut, siswa mungkin berlatih desensitisasi sistematis dua minggu
sebelum berbicara di depan kelas, lalu seminggu sebelumnya, empat hari
sebelumnya, dua hari sebelumnya, sehari sebelumnya, sebelum masuk sekolah, pada
saat memasuki ruang kelas, perjalanan ke depan kelas, dan ketika pembicaraan itu
berlangsung.
Tujuan
dari disensitisasi sistematis adalah membuat murid
itu mengasosiasikan bicara di depan publik dengan relaksasi bukan kecemasan.
Dengan menggunakan visualisasi berkali-kali, murid itu bisa melatih
disensitiasi sistematis selama dua minggu sebelum bicara, kemudian satu minggu
sebelum bicara, lalu empat hari sebelum bicara, dua hari sebelum bicara, pagi
hari sebelum maju bicara, saat masuk ke ruang tempat dia akan bicara di depan
publik saat bejalan ke podium dan saat bicara.
Ø Generalisasi,
diskriminasi, dan kepunahan
1. Generalisasi adalah
kecenderungan stimulus baru yang mirip dengan stimulus asli yang dikondisikan
untuk menghasilkan respon yang sama. Misalnya, seorang siswa dikritik karena
kinerja yang buruk pada tes biologi. Ketika siswa itu mulai mempersiapkan untuk
tes kimia, ia juga menjadi sangat gugup karena kedua mata pelajaran yang erat
kaitannya dalam Sains. Dengan demikian kecemasan siswa menggeneralisasikan dari
mengambil tes dalam salah satu mata pelajaran untuk mengambil mata pelajaran
yang lain.
Generalisasi
dalam pengkondisian klasik adalah tendensi
dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk
menghasilkan respon yang sama, misalnya: murid di marahi karena ujian
biologinya buruk, saat murid itu mulai bersiap untuk ujian kimia, dia menjadi
gugup karena dua mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi menggeneralisasikan
satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
2. Diskriminasi terjadi
ketika organisme merespon rangsangan tertentu dan tidak pada rangsangan yang
lain. Misalnya, seorang mahasiswa merasa tidak gugup dalam mengambil mata
kuliah yang berbeda. Karena dia tahu kalau kedua mata kuliah itu merupakan
bidang studi yang berbeda.
Diskriminiasi
dalam pengkondisian klasik terjadi ketika
organisme merespon stimuli tertentu tapi tidak merespon stimuli lainnya.
Misalnya: murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh
ujian pelajaran bahasa inggris atau sejarah karena dua mata pelajaran itu jauh
berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi.
3. Kepunahan melibatkan
melemahnya CR tanpa adanya UCS. Misalnya, seorang mahasiswa tidak merasa gugup
lagi ketika melakukan kinerja yang lebih baik pada mata kuliah itu,
kecemasannya pun memudar.
Kepunahan
dalam pengkondisian klasik yaitu pelemahan conditioned
response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US). Misalnya : murid
yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik dan
kecemasannya mereda.
Ø Mengevaluasi
pengkondisian klasik.
Pengkondisian klasik membantu kita mampu
memahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih baik. Cara ini membantu
menjelaskan bagaimana stimulasi netral menjadi diasosiasikan dengan respon yang
tak di pelajari dan suka rela. Ini sangat membantu untuk memahami kecemasan dan
ketakutan murid, namun cara ini tidak efektif untuk menjelaskan perilaku
sukarela, seperti mengapa murid belajar keras untuk satu mata pelajaran atau
lebih, menyukai sejarah ketimbang geografi, untuk area ini pengkondisian operan
akan lebih relevan.
Misalkan: murid di kelas yang sangat gugup saat
di minta berbicara di depan kelas.
b.
Pengkondisian Operan
Pengkondisian operan (Instrumental) adalah suatu
bentuk pembelajaran dimana konsekuensi berupa hukuman dan imbalan dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku itu akan terjadi.
Pencetus dari teori ini adalah B.F. Skinner (1938).
Penghargaan adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa perilaku akan terjadi. Sebagai contoh, anda mengatakan
“Selamat, aku benar-benar bangga dengan cerita yang kamu tulis”, jika mahasiswa
bekerja keras dan menulis cerita yang lebih baik dari sebelumnya. Penghargaan
ini akan meningkatkan probabilitas perilaku menulis mahasiswa tersebut.
Sebaliknya, hukuman merupakan konsekuensi yang menurunkan probabilitas perilaku
yang akan terjadi. Misalnya, ketika mahasiswa sedang berbicara di depan kelas
kemudian dosen mengerutkan dahi, maka pembicaraan mahasiswa ini akan berkurang.
Mengerutkan dahi ini dikatakan sebagai hukuman saat siswa itu berbicara.
Bentuk penguatan perilaku ada dua macam, yakni
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berarti meningkatkan
frekuensi respon karena diikuti oleh stimulus yang bermanfaat. Seperti contoh
di atas, pujian dari dosen bisa meningkatkan perilaku menulis mahasiswa.
Sedangkan penguatan negatif adalah meningkatkan frekuensi respon karena diikuti
dengan rangsangan penghapusan hukuman (menyenangkan). Sebagai contoh, seorang
ayah mengomel pada anaknya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia terus
mengomel. Akhirnya si anak bosan mendengarkan omelan ayahnya dan melakukan
pekerjaan rumahnya itu. Respon anak tersebut (mengerjakan PR) merupakan bentuk
penghapusan stimulus tidak menyenangkan (omelan).
Dalam pengkondisian operan juga terjadi generalisasi,
diskriminasi dan kepunahan yang mirip dengan pengkondisian klasik. Generalisasi dalam pengkondisian operan
misalnya terjadi ketika seorang dosen memuji mahasiswanya dalam mata kuliah
psikologi pendidikan maka mahasiswa tersebut akan menyama ratakan rangsangan
ini untuk melakukan pekerjan yang lebih keras lagi dalam mata kuliah bidang
lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian operan terjadi ketika seorang siswa
melihat nampan berlabel “matematika” adalah tempat dimana seharusnya dia
meletakkan pekerjaan matematika hari ini. Sedangkan nampan yang berlabel
“Bahasa Inggris” adalah tempat untuk meletakkan pekerjaan bahasa Inggris hari
ini bukan untuk pekerjaan yang lain. Kepunahan dalam pengkondisian operan
terlhat ketika seorang mahasiswa mencubit temannya dan dosen segera menegurnya.
Jika hal ini terjadi secara teratur maka mahasiswa akan belajar bahwa mencubit
temannya merupakan suatu cara untuk mendapatkan perhatian dari dosen. Jika
kemudia dosen mengabaikannya, mungkin perilaku mahasiswa tadi akan dihentikan.
Pengkondisian operan (juga dinamakan
pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran dimana
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas
perilaku itu akan di ulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adalah
B.F.Skinner, yang pandangannya di dasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.
Hukum
efek thorndike
Thorndike menempatakan
kucing yang lapar pada sebuah kotak dan meletakkan ikan di luar kotak. Untuk bisa
keluar dari kotak, kucing itu harus mengetahui cara membuka palang di dalam
kotak tersebut. Pertama-tama kucing itu melakukan beberapa respon yang tidak
efektif dia mencakar atau mengigit palang. Akhirnya kucing itu secara tidak sengaja
menginjak pijakan yang membuka palang pintu, saat kucing di kembalikan ke
kotak,dia melakukan aktifitas acak sampai dia mengijak pijakan itu sekali lagi.
Pada percobaan berikunya kucing itu semakin sedikit melakukan gerakan acak
sampai dia akhirnya bisa langsung menginjak pijakan itu untuk membuka pintu
Hukum efek Thorndike
menyatakan
Bahwa perilaku yang di
ikuti dengan hasil positif akan di perkuat dan perilaku yang di ikuti hasil
negatif akan di perlemah.
Penguatan dan hukuman.
Penguatan (imbalan)(reintforcement)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akn
terjadi.
Hukuman (punishment)adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Misalnya: anda mungkin
berkata pada murid anda. “ selamat, saya merasa senang setelah membaca cerita
yang kalian tulis” jika murid bekerja lebih keras dan menulis lebih baik lagi
untuk cerita selanjutnya, komentar positif anda akan merupakan penguat atau
memberi imbalan pada perilaku menulis murid. Jika anda merengut pada murid yang
bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka anda
merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
Penguatan berarti
memperkuat
Penguatan positif,
frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding)
Penguatan negatif,
frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan) misalnya: ayah mengomeli putranya agar mau
mengerjakan PR. Dia terus mengomel, akhirnya anak itu lelah mendengarkan omelan
dan PR-nya.
Cara
untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan negatif adalah :
1.
Dalam penguatan positif ada
suatu yang di tambahkan atau di peroleh.
2.
Dalam penguatan negatif ada
suatu yang di kurangi atau di hilangkan.
Generalisasi
dalam penkondisian operan berarti memberikan
respon yang sama terhadap stimulasi yang sama misalnya jika pujian guru membuat
murid belajar lebih keras di kelas, apakah pujian serupa akan juga membuat
bekerja lebih keras untuk tugas di luar kelas seperti pekerjaan rumah.
Diskriminasi
dalam pengkondisian operan berarti pembedaan di
antara stimuli dan kejadian lingkungan. Misalnya seorang murid tahu bahwa di
meja guru yang bertuliskan “matematika” adalah tempat guru menyimpan
tugas matematika hari ini, sedang yang tertulis “inggris” adalah tempat
menyimpan tugas bahasa inggris hari ini.
Dalam
pengkondisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi
ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi di perkuat dan responnya
menurun.misalnya, dalam beberapa kasus guru kurang memberi perhatian yang
kurang bijaksana, sehingga malah memperkuat tindakan disruptif, seperti ketika
murid mencubit murid lain lalu guru kemudian langsung bicara dengan pelakunya.
3.
Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan
Analisis
Perilaku Terapan melibatkan penerapan
prinsip-prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku siswa. Penggunaan
analisis perilaku terapan sangat berguna dalam bidang pendidikan dalam rangka
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan. Aplikasi analisis perilaku terapan ini sering menggunakan
serangkaian langkah, yakni.
a. Meningkatkan perilaku
yang diinginkan
Ada
enam langkah praktis yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang
diinginkan pada siswa, yaitu:
Berikan penguatan secara efektif
Setiap anak mempunyai penguatan yang berbeda-beda.
Analisis perilaku terapan merekomendasikan agar guru mengetahui apakah
penguatan itu bekerja baik atau tidak pada anak tertentu. Untuk mengetahui
penguatan apa yang efektif bagi siswa dapat dilakukan dengan cara memeriksa apa
yang telah memotivasi anak di masa lalu (sejarah), yakni sejarah tentang apa
yang siswa ingin tetapi tidak didapatkan dengan mudah atau yang sering
didapatkan, dan persepsi anak tentang motivasi tersebut.
David Premack, seorang psikolog membuat suatu prinsip
yang kemudian disebut sebagai prinsip Premack. Teori itu menyatakan bahwa
kemungkinan kegiatan yang lebih diinginkan dapat berfungsi sebagai motivasi
untuk kegiatan yang kurang diinginkan. Misalnya, seorang guru mengatakan bahwa
“jika kamu sudah menyelesaikan soal matematika maka kamu boleh pulang”. Namun
hal ini hanya efektif jika pulang lebih diinginkan daripada mengerjakan soal
matematika.
Buat penguat kontingen dan tepat waktu
Penguatan
hanya diberikan pada waktu yang tepat dan hanya jika siswa melakukan sesuatu
hal yang diinginkan. Pernyataan “jika…. maka…” dapat digunakan untuk untuk
membuat siswa merasa jelas atas apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan
imbalan.
Pilih jadwal terbaik dari penguatan
Dalam
penguatan yang terjadi secara terus-menerus memang siswa akan belajar dengan
sangat cepat tetapi ketika penguatan itu berhenti maka kepunahan akan terjadi
dengan sangat cepat. Skinner (1957) mengembangkan jadwal penguatan, yaitu
penguatan jadwal parsial yang menentukan kapan respon akan diperkuat. Ada empat
jadwal utama penguatan, yaitu:
·
Jadwal rasio tetap, yaitu perilaku diperkuat setelah
melewatkan sejumlah tanggapan. Misalnya, guru memberikan pujian hanya setelah
siswa berhasil menjawab lima pertanyaan dengan benar.
·
Jadwal rasio variable, penguatan diberikan setelah
siwa melakukan beberapa kali tanggapan, namun penguatan yang dilakukan tidak
terduga.
·
Jadwal interval tetap, respon yang tetap pertama
setelah jumlah waktu yang tetap diperkuat. Misalnya, guru dapat memuji anak
untuk pertanyaan pertama yang anak minta setelah tiga menit kemudian.
·
Jadwal variabel interval, repon diperkuat setelah
jumlah variabel waktu berlalu. Misalnya, guru memuji pertanyaan siswa setelah
lima belas menit, Sembilan menit, enam menit dan sebagainya.
Pertimbangkan kontrak
Merupakan penguatan kontigensi yang diletakkan secara
tertulis. Guru menyetujui untuk melakukan sesuatu jika seorang siswa
berperilaku dengan cara tertentu. Kontrak kelas ini biasanya ditandatangani
oleh guru, siswa dan diberi tangal kapan dibuat perjanjian itu.
Gunakan penguatan negatif secara efektif
Menggunakan penguatan negatif mempunyai kelemahan. Terkadang
ketika guru mencoba menggunakan penguatan negatif, anak malah memberontak.
Hasil negatif ini terjadi paling sering ketika anak-anak tidak memiliki
ketrampilan atau kemampuan untuk melakukan apa yang guru minta.
Menggunakan permintaan dan membentuk
Permintaan adalah rangsangan tambahan atau isyarat
yang diberikan tepat sebelum respon yang meningkatkan kemungkinan bahwa respon
akan terjadi. Permintaan bisa berwujud verbal. Contohnya, ketika sedang belajar
membaca, guru memegang huruf “I-B-U” kemudian mengatakan “ bukan itu tapi…”.
Atau bisa juga berbentuk intruksi seperti “Mari kita mulai membaca”. Atau bisa
juga berbentuk petunjuk, misalnya ketika guru memberi tahu siswa tentang cara
baris-berbaris. Permintaan juga bisa berwujud visual, seperti ketika guru
menempatkan tangannya di telinga ketika siswanya berbicara sangat pelan.
Membentuk melibatkan pengajaran perilaku baru dengan
memperkuat aproksimasi ke perilaku target yang ditentukan. Misalnya seorang
siswa yang tidak pernah menyelesaikan 50% dari tugas matematikanya. Tetapi anda
menetapkan target 100% tugas matemaikanya dikerjakan. Maka anda harus
memberikan penguatan sampai aproksimasi target. Awalnya mungkin anda hanya
memberikan penguatan ketika sudah mengerjakan sekitar 60%, pada waktu berikutnya
70%, 80%, 90% sampai akhirnya sampai 100%. Membentuk membutuhkan penguatan
sejumlah langkah kecil dalam perjalanan ke perilaku yang menjadi target.
v PENURUNAN PERILAKU YANG
TIDAK DI INGINKAN
Untuk menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, analisis
perilaku Paul Alberto dan Anne Troutman (2009) merekomendasikan langkah-langkah
berikut ini:
Menggunakan penguatan deferensial
Guru memperkut perilaku
yang diinginkan dan berbeda dari apa yang dilakukan oleh siswa. Misalnya, guru
memperkuat anak untuk kegiatan pembelajaran computer daripada main game.
Hentikan penguatan (kepunahan)
Strategi menghentikan penguatan dengan cara menarik
penguatan positif yang diterjemahkan anak sebagai bentuk legalitas atas
perbuatan buruknya. Jika anda menyadari terlalu banyak memberikan perhatian
kepada perilaku siswa yang tidak pantas, maka segera abaikan dan berikan
perhatian pada perilaku yang sesuai.
Menghapus rangsangan yang diinginkan
Setelah anda mencoba
dua opsi di atas tetapi belum juga efektif, maka ada pilihan yang ketiga yakni
dengan menghentikan rangsangan yang diinginkan selama ini anda berikan.
Misalnya dengan menghapus beberapa hak istimewa.
Menghadirkan rangsangan berupa hukuman
Sebuah stimulus hukuman
hanya boleh dilakukan sebagai suatu usaha terakhir setelah beberapa cara
ditempuh tetapi tidak efektif juga. Bentuk yang paling umum dari hukuman di
dalam kelas berupa teguran. Sedangkan hukuman secara fisik tidak boleh
diberikan.
Menurut definisi hukuman yang disinggung di awal bab
ini, konsekuensinya haruslah mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
(Branch,2000; Mazur, 2002). Tipe paling umum dari stimuli yang tidak
menyenangkan adalah guru menggunakan teguran verbal. Ada sejumlah problem yang
berhubungan dengan penggunaan stimuli yang tidak menyenangkan (Hyman, 1997;
Hyman & Snook, 1999) :
o
Jika menggunakan hukuman berat seperti membentak
dengan keras, maka kita akan menjadi contoh orang yang pemarah
o
Hukuman bisa menimbulkan rasa takut, kemarahan, dan
penghindaran.
o
Ketika murid dihukum, mereka mungkin akan marah dan
cemas sehingga tidak bisa konsentrasi pada tugas
o
Hukuman akan mengajari murid apa yang tidak boleh
dilakukan
o
Apa yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat berubah
menjadi penguat.
4. PENDEKATAN KOGNITIF SOSIAL
UNTUK BELAJAR
a. Teori kognitif sosial
bandura
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial
dan kognitif, seperti perilaku, memainkan peran penting dalam belajar. Faktor
kognitif mungkin melibatkan harapan siwa untuk sukses, faktor sosial mungkin
mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku prestasi orangtua mereka. Teori Kognitif
merupakan sumber yang semakin penting dari aplikasi kelas.
Albert Bandura adalah arsitek utama teori kognitif sosial. Ia
mengatakan bahwa ketika siswa belajar, mereka dapat secara kognitif mewakili
atau mengubah pengalaman mereka. Model determinisme timbal balik dari
pembelajarannya meliputi tiga faktor utama : orang/kognisi, perilaku, dan
lingkungan. Orang (kognitif) faktor yang diberikan penekanan yang paling oleh
Bandura dalam beberapa tahun terakhir adalah efikasi diri, keyakinan bahwa
seseorang dapat mengasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor orang /
kognitif memainkan peran penting yaitu efikasi diri, keyakinan bahwa seseorang
dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Misalnya, seorang
mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah bahkan tidak mencoba untuk belajar
untuk ujian karena ia tidak percaya akan melakukannya dengan baik.
b. Pembelajaran
observasional
Belajar observasional adalah pembelajaran yang
melibatkan pemerolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan dengan mengamati
orang lain. Bandura menjelaskan empat proses kunci dalam pembelajaran
observasional:
Perhatian
Sebelum siswa dapat menghasilkan tindakan yang dapat
di peragakan, mereka harus hadir untuk apa yang di lakukan atau dikatakan oleh
pemeraga. Perhatian terhadap model di pengaruhi oleh sejumlah karakteristik.
Siswa lebih mungkin memperhatikaan model berstatus tinggi dari pada yang berstatus
rendah.
Retensi
Untuk mereproduksi tindakan model ini siswa harus
mengode informasi dan menyimpannya dalam
memori, sehingga mereka dapat mengambilnya. Sebuah video dengan karakter
warna warni mungkin lebih di ingat dengan baik oleh siswa dari pada instruksi
guru dengan sendirinya.
Produksi
Siswa mungkin memiliki model dan kode dalam memori
mengenai apa yangh mereka lihat namun karena keterbatasan motorik, mereka tidak
dapat mereproduksi perilaku model.
Motivasi
Siswa meniru untuk apa yang di katakan atau dilakukan
model, menyimpan informasi dalam memori dan memiliki keterampilan motorik untuk
melakukan tindakan, tetapi tidak termotivasi untuk melakukan perilaku model.
Pembelajran
observasional terlibat dalam banyak aspek kehidupan anak, termasuk kelas dan
media.
c.
Pendekatan perilaku kognitif dan regulasi diri
Metode instruksional diri adalah teknik perilaku
kognitif yang bertujuan untuk mengajarkan individu untuk memodifikasi perilaku
mereka sendiri. Dalam banyak kasus, dianjurkan bahwa siswa menggantikan
pernyataan diri negatif dengan yang positif. Kognitif behavioris berpendapat
bahwa siswa dapat meningkatkan kinerja mereka dengan memonitor perilaku mereka.
Pembelajaran pengaturan diri generasi diri dan pemantauan diri dari pikiran,
perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan. Siswa berprestasi sering kali
merupakan pembelajaran pengaturan diri. Salah satu model pembelajaran
pengaturan diri melibatkan komponen-komponen: evaluasi dan pemantauan diri,
penetapan tujuan dan perencanaan strategis, menempatkan rencana kedalam
tindakan, dan hasil pemantauan dan menyempurnakan strategi. Pengaturan diri
merupakan asek penting dari kesiapan sekolah. Aspek penting dari pembelajaran
pengaturan diri adalah memberikan siswa tanggung jawab untuk kegiatan belajar
mereka.
Pendekatan perilaku kognitif berasal dari psikologi
kognitif, yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku, dan
behaviorisme, yang menekankan pada teknik mengubah perilaku.
Metode instruksi-diri (self-instructional method) adalah sebuah teknik perilaku kognitif
yang dimaksudkan guna mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka
sendiri. Metode self-instructional ini membantu orang mengubah
apa yang anggapan mereka tentang diri mereka sendiri.
Pembelajaran Regular Diri. Pembelajaran regular diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran,
perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa
tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang
baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan
sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
d. Mengevaluasi Pendekatan Kognitif
Sosial
Pendekatan kognitif sosial memberi kontribusi penting
untuk mendidik anak. Selain mempertahankan aroma ilmiah kaum behavioris dan
menekankan pada observasi yang cermat, pendekatan ini juga memperluas penekanan
pembelajaran sampai ke fakror kognitif dan sosial. Pembelajaran dilakukan
dengan mengamati dan mendengarkan model yang kompeten dan kemudian meniru apa
yang mereka lakukan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen pada perilaku,
pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang terjadi melalui serangkaian
pengalaman yang dialami.
b. Dalam pengkondisian
klasik, organisme belajar untuk menghubungkan atau mengaitkan rangsangan.
c. Pengkondisian operan
(Instrumental) adalah suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi berupa
hukuman dan imbalan dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas
bahwa perilaku itu akan terjadi.
d. Analisis Perilaku
Terapan melibatkan penerapan
prinsip-prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku siswa. Penggunaan
analisis perilaku terapan sangat berguna dalam bidang pendidikan dalam rangka
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan.
e. Teori kognitif sosial
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, seperti perilaku, memainkan peran
penting dalam belajar.
f. Metode instruksional
diri adalah teknik perilaku kognitif yang bertujuan untuk mengajarkan individu
untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri.
2. Kritik dan saran
Dalam makalah ini tentunya
terdapat banyak sekali kelemahan-kelemahan, untuk itu kami memohon kritik serta
sarannya yang bisa membantu memperbaiki makalah ini kedepannya.
Daftar
Pustaka
W.
Santrock, John (Diterjemahkan oleh Harya Bimasena).2014. Psikologi
Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika
Ormrod, Jeanne Ellis, (2009). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Erlangga
Sujiono, Yuliani Nurani, dkk, (2007). Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.