Halaman

Senin, 18 Juni 2012

Ice Cream - Menggapai Cinta Tak Terbalas


Ice Cream Menggapai Cinta Tak Terbalas

Ku ingin kau tahu
Betapa ku merindukanmu
Dan kau harus tahu
Saat ini ku menginginkanmu

Ku tahu ku tak bisa
Tak bisa ‘tuk bahagiakanmu
Tapi cinta ini tulus
Hanya untukmu hanya untukmu

Biarkanlah ku ‘kan merelakan hati ini
Merasakan pedih yang tak terbalas
Tak terbalas oleh cintamu

Walau ku tahu itu takkan mungkin
Namun satu yang ku mau agar kau tahu
Ku selalu sayang padamu

Berulang kali ku ungkapkan
Saat kau sakiti cinta
Yang kau sisakan untukku

Biarkanlah ku ‘kan merelakan hati ini
Merasakan pedih yang tak terbalas
Tak terbalas oleh cintamu

Walau ku tahu itu takkan mungkin
Namun satu yang ku mau agar kau tahu
Aku…

Oh biarkan ku ‘kan pergi
Namun satu yang ku mau agar kau tahu
Ku selalu sayang padamu

Jumat, 15 Juni 2012

Pra PPL


        Pra PPL merupakan latihan sebelum menjadi guru dan latihan menuju masyarakat agar saat menerapkan kepada peserta didik dapat berjalan sebaik-baiknya. Alasan saya tertarik pada program studi PGSD karena panggilan jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa yang berkarakter dan berakhlak mulia.




Media Pembelajaran



Media pembelajaran adalah suatu alat bantu dalam proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran peserta didik, perasaan peserta didik, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya suatu proses belajar.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.


Model - model Pembelajaran


MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-­tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25).

Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu.

2. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu;

1. Student Teams Achievement Division (STAD)

Metode STAD (Student Achievement Division) untuk mengajarkan kepada siswa baik verbal maupun tertulis.

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.

2. Tiap anggota menggunakan lembar kerja.akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi.

3. Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi.

4. Tiap siswa dan tiap TIM diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yg meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.

2. Group Investigation (GI)

Dirancang Herbert Thelen,diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dkk

Dibandingkan dg metode STAD & Jigsaw, metode GI dipandang sebagai metode yg paling kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif karena melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui investigasi

Langkah-langkah ;

1) Seleksi topik

2) Merencanakan kerja sama

3) Implementasi

4) Analisis dan Sintesis

5) Penyajian hasil akhir

6) Evaluasi selanjutnya

3. Jigsaw

Dikembangkan oleh Slavin dkk

Langkahnya :

• Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok,anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen.

• Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.

• Anggota dari beberapa tim yang berbeda bertanggung jawab mempelajari suatu bagian akademik yang sama,berkumpul,saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.Kumpulan siswa disebut kelompok pakar (expert group)

• Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.

• Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang pernah dipelajari.

• Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

4. Structural Approach

Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;

1. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan

2. Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).

Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).

a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam kelas

b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:

1 Struktur tujuan individualistik

2 Struktur tujuan kompetitif

3 Struktur tujuan kooperatif

c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.

3. Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif

Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,

 kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,

 jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,

 penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Ibrahim, M., dkk., 2000: 10)

1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.

2 Menyampaikan informasi.

3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

4 Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.

5 Evaluasi atau memberikan umpan balik.

6 Memberikan penghargaan.

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak­tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:

1 Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

2 Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

3 Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

5. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif

Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang lain. Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:

1 Keterampilan-keterampilan Sosial

2 Keterampilan Berbagi

3 Keterampilan Berperan Serta

4 Keterampilan-keterampilan Komunikasi

5 Pembangunan Tim

6 Keterampilan-keterampilan Kelompok



C. MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

1. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123).

2. Macam-Macam Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Macam-macam pembelajaran berdasarkan masalah Menurut Arends (1997), antara lain :

1 Pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya.

2 pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa melakukan percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang benar dan nyata.

3 belajar otentik (authentic learning), pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting dalam konsteks kehidupan nyata.

4 Pembelajaran bermakna (anchored instruction), pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

3. Ciri-Ciri dan Tahapan pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah

ciri-ciri dari model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends (2001 : 349), antara lain :

1 Pengajuan pertanyaan atau masalah.

2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

3 Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4 Menghasilkan produk dan memamerkannya.

5 Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berfikir.

Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah berikut.

1 Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan

2 Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3 Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4 Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5 Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sumber: Ibrahim, 2000 : 13).

4. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000 : 7).Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.

5. Peran Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:

1 Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.

2 Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/ percobaan.

3 Memfasilitasi dialog siswa.

4 Mendukung belajar siswa.



D. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Tiga pilar yang menjadi landasan filosofis model ini :

1. CTL mencerminkan konsep saling bergantungan

2. CTL mencerminkan prinsip deferensiasi

3. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri

Komponen Pembelajaran Kontekstual :

1. Konstruktivisme

2. Inkuiri

3. Bertanya

4. Masyarakat Belajar

5. Pemodelan

6. Refleksi

7. Penilaian.

Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ;

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkons-truksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan Inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok).

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir penemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Ciri kelas yang menggunakan Pembelajaran Kontekstual :

1. Pengalaman nyata

2. Kerjasama saling menunjang

3. Gembira belajar dengan bergairah

4. Pembelajaran terintegrasi

5. Menggunakan berbagai sumber

6. Siswa aktif dan kritis

7. Menyenangkan tidak membosankan

8. Sharing dengan teman

9. Guru kreatif.



E. PEMBELAJARAN QUANTUM

Proses pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif tidak membosankan.

Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif.

Proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan.

Pembelajaran Quantum merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori / pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neorologi yang jauh sebelumnya sudah ada dikaitkan dengan penemuan empiris sehingga terjadi keseimbangan otak kiri dan otak kanan yang pada dasarnya anak itu mempunyai kecerdasan ganda.

Ciri-ciri umum Pembelajaran Quantum :

§ Berpangkal pada psikologi kognitif

§ Lebih bersifat humanistis

§ Siswa sebagai pembelajar menjadi pusat perhatian

§ Lebih bersifat pada konstruktivistis

§ Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna

§ Sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi

§ Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran

§ Sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran

§ Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran

§ Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi fisikal atau material

Prinsip Pembelajaran Quantum :

1. Bawa dunia mereka ke dalam dunia kita dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka

2. Berlaku prinsip permainan Orkestra simfoni

3. Harus berdampak bagi terbentuknhya keunggulan/

Kerangka perencanaan Pembelajaran Quantum :

Menggunakan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari :

1. Tumbuhkan

2. Alami

3. Namai

4. Demonstrasikan

5. Ulangi

6. Rayakan

Selasa, 12 Juni 2012

PENGERTIAN RPP

RPP adalah rencana dalam proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen bertujuan untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. 


FORMAT RPP



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Sekolah                               :   .........................
Mata Pelajaran                  :   Matematika
Kelas/semester                   :   IV (Empat) /2 (dua)
Alokasi waktu                    :   2 x 35 menit        
                   
A.    Standar  Kompetensi      :          
2.   Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat.

B.     Kompetensi Dasar
2.1 Mengurutkan bilangan bulat

C.    Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
§  Menerapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari
§  Membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat
§  Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
§  Mengenal lawan suatu bilangan
§  Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar

v  Karakter siswa yang diharapkan :   Disiplin ( Discipline ),
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
 Tekun ( diligence )  dan  Tanggung jawab ( responsibility )

D.    Materi Ajar
BILANGAN
§  Mengurutkan Bilangan bulat

E.     Metoda Pembelajaran
§  deduktif-deskriptif (meringkas uraian materi)
§  ekspositori (menerangkan)
§  tanya jawab
§  latihan

F.     Langkah-langkah Pembelajaran
§  Kegiatan awal
Apresepsi dan  Motivasi
-      Mengingat kembali konsep Mengurutkan bilangan bulat
-      Melakukan game yang berhubungan dengan Mengurutkan bilangan bulat dari bilangan
§  Kegiatan Inti
&    Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Siswa dapat Menjelaskan cara membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat pada garis bilangan
&   Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Mencontohkan langkah mengerjakan latihan
F Memeriksa pekerjaan siswa dan menugaskan untuk mengerjakan di depan
F Tanya jawab
&    Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
§  Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F Memberikan latihan soal
F Memberikan soal Pekerjaan Rumah
F Menutup pelajaran

G.    Alat/Bahan dan Sumber Belajar
§  Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas 4, 
§  Matematika SD untuk Kelas IV 4B,

H.    Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
o Menerapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari
o Membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat
o Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
o Mengenal lawan suatu bilangan
o Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar

Tugas Individu
dan Kelompok



Laporan buku pekerjaan rumah





o Terapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari ?
o Bacakanlah dan Tuliskanlah lambang bilangan bulat ?
o Tentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan ?
o Kenalkanlah  lawan suatu bilangan ?
o Kurutkanlah sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar ?


Format Kriteria Penilaian      
&  Produk ( hasil diskusi )
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Konsep
* semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1

&  Performansi
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.



2.
Pengetahuan



Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan

* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1

4
2
1

 Lembar Penilaian
No
Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah Skor
Nilai
Pengetahuan
Sikap
1.
2.
3.
4.
5.






 
  CATATAN :
  Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.

                                                                                        ............, ......................20 ...
        Mengetahui                                                                               
        Kepala Sekolah                                                     Guru Mapel Matematika



          ..................................                                            ..................................
          NIP :                                                                     NIP :










PENGERTIAN DARI KEGIATAN YANG ADA DI DALAM RPP


1.      Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan yang berisi prosedur dan pengorganisasian pembelajaran. Rpp berisi penjabaran membelajarakan kompetensi dasar tertentu yang termuat dalam silabus. Adapun hal-hal/komponen yang termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran antara lain:
a.       Identitas RPP
Identitas RPP meliputi satuan pendidikan, kelas/program, semester, mata pelajaran, dan waktu/ pertemuan.

b.      Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan menimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai siswa pada suatu mata pelajaran. Standar kompetensi tiap-tiap mata pelajaran telah ditentukan dalam standar isi, akan tetapi tiap satuan pendidikan diperbolehkan mengembangkan standar kompetensi sesuai dengan kebutuhan sekolah dan siswa (kebutuhan dunia kerja, pembangunan daerah dan nasional (acuan operasional penyusunan KTSP).

c.       Kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar yang merupakan penjabaran standar kompetensi pun telah terdapat dalam standar isi dan tak menutup kemungkinan untuk dilengkapi atau dikembangkan seperti halnya standar kompetensi. Namun perlu diperhatikan dalam menambah dan mengembangkan SK atau KD dalam sebuah mata pelajaran tidak boleh mengurangi Standat Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan dalam Standar Isi.

d.      Inidikator pencapaian kompetensi
Indikator merupakan tanda-tanda yang menunjukan ketercapaian suatu KD ketika dibelajarkan kepada siswa. Indicator merupakan jabaran perilaku dari Kompetensi Dasar. Indicator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur dengan berbagai instrument penilaian.
Perumusan indicator tiap kompetensi dasar merupakan tugas guru pada tiap-tiap satuan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan siswa. Seorang guru dapat merumuskan indicator kompetensi dasar sangat tergantung pada tingkat pemahaman guru memahami sebuah kompetensi dasar.
Seorang guru dapat merumuskan indikator dengan baik jika guru tersebut memiliki pemahaman yang baik terhadap kompetensi dasar. Tanpa pemahaman yang baik dalam merumuskan indicator dapat terjadi kesalahan yaitu indicator yang dirumuskan tidak sesuai atau tidak mencirikan ketercapaian kompetensi dasar yang diajarkan.Indicator sendiri memiliki fungsi sebagai alat ukur penentu keberhasilan pembelajaran sebuah kompetensi dasar. Dengan fungsi tersebut, indikator menjadi bahan acuan dalam menyusun bahan ajar, menentukan penilaian terhadap ketercapaian KD, penentuan kegiatan siswa dalam rangka menguasai KD, dan menentukan alat, bahan, media dan sumber belajar.

e.       Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk rinci dari kompetensi dasar, mirip seperti indikator tetapi berbeda karena indikator berupa tanda-tanda ketercapaian sebuah KD sedangkan tujuan merupakan tujuan atau hasil penguasaan kompetensi dasar. Dengan kemiripan indikator dengan tujuan pembelajaran biasanya indikator langsung diturunkan menjadi tujuan pembeajaran. Namun demikian, tujuan pembelajaran harus jelas dan rinci tiap aspek penguasaanya pada kompetensi dasar, jadi ketika indikator yang dirumuskan masih dapat diperinci lagi dalam tujuan pembelajaran harus ditulis yang paling rinci.

f.       Materi ajar
Materi ajar atau materi pembelajaran merupakan materi yang akan disampaikan yang merupakan bentuk nyata/materi dari sebuah kompetensi dasar. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, model, dan prosedur. Dalam penyusunanya sampai sekarang ini masih terjadi kesimpangsiuran antara ditulis sebagai materi ajar lengkap atau hanya butir-butir/pokok materinya saja. Terlepas dari hal itu, yang terpenting dalam membuat perencanaan pembelajaran materi ajar yang disusun haruslah lengkap yang muat keempat hal tersebut di atas.

g.      Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai kebutuhan ketercapaian Kompetensi dasar yang telah dirumuskan pada awal tahun pelajaran sesuai beban belajar siswa.

h.      Metode pembelajaran
Yang terpenting dari penggunaan atau pemilihan metode pemblejarn adalah metode pembelajaran yang dipilih dapat mendorong terjadinya suasana belajar yang kondusif sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan nyaman. Pemilihan metode pembelajaran sangat bergantung pada materi yang diajarkan dan kondisi siswa yang akan diberi pelajaran. Oleh karena itu penyusunan perencanaan pembelajaran dalam hal ini untuk memilih metode pembelajaran seharusnya dilakukan oleh guru yang mengenal betul kondisi kelas agar metode yang dipilih berterima dengan siswa.

i.        Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran disusun untuk membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diberikan. Kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhsilan sisswa menguasai kompetensi dasar. Dengan kegiatan pembelajaran yang disusun dengan tepat siswa akan lebih mudah menguasai materi ajar yang diberikan. Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, harus diperkirakan bagaimana indikator keberhsilan belajar.
Apakah langkah-langkah yang disusun dalam kegiatan itu dapat mencakup setiap indikator byang telah dirumuskan. Jika semua indikator sudah dapat ternaungi oleh kegiatan pembelajara yang disusun maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah dicapai dan ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar akan sangat baik. Ada sebuah catatan yaitu “kegiatan pembelajaran yang bermakna akan memiliki dampak terhadap perilaku siswa, siswa tak hanya tahu atau hafal saja”. Tahapan dalam kegiatan pembelajaran meliputi 3 hal yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.


v  Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran yang memiliki tujuan mengodisikan siswa pada kesiapan menerima pelajaran. Kegiatan yang dilakukan untuk mengondisikan siswa ini dapat berupa pemberian motivasi belajar siswa dan upaya memfokuskan siswa pada pelajaran yang akan disampaikan. Dengan kata lain kegiatan pendahuluan dapat disebut juga tahap situasional.

v  Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pemberian pembelajaran sesuai dengan KD yang hendak dicapai. Kegitan inti ini harus dirinci sedemikian rupa agar siswa benar-benar memahami KD yang hendak dicapai. Perincian tersebut termuat dalam pembagian kegiatan inti ini menjadi tiga tahap yaitu ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dengan ketiga tahap tersebut siswa akan mendapat pemahaman yang kuat karena siswa tak hanya menerima dari guru saja melainkan siswa juga terlibat aktif dalam pemerolehan pemahaman dan penguasaan KD.

v  Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. menutup pelajaran tidak hanya sekadar mengkhiri pelajaran dengan salam, tetapi di sini adalah penekanan/penguatan terhadap apa yang telah diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran. guru memberikan simpulan terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini dilakukan agar siswa menjadi lebih yakin terhadap pemahaman yang telah siswa peroleh, karena pada dasarnya siswa akan lebih percaya ketika pemahaman yang telah mereka peroleh dibenarkan atau dikuatkan oleh guru. Dalam kegiatan penutup juga dilakukan penilaian dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

j.        Sumber dan media belajar
Sumber dan media belajar digunakan sebagai alat untuk memperlancar kegiatan pembelajaran. Penentuan sumber dan media belajar disesuaikan pada kompetensi dasar yang disampaiakan oleh guru dan sarana prasarana yang ada di sekolah.
Pemilihan sumber dan media belajar yang baik adalah yang dapat mebantu siswa lebih mudah menerima pelajaran, lebih intensif, dan merangsang siswa untuk menunjukkan potensi yang dimiliki. Yang terpenting adalah pemilihan sumber dan media belajar harus didasarkan pada prinsip kemanfaatan, tak harus mahal atau bernilai tinggi yang penting memiliki manfaat yang optimal dalam mengantarkan pelajaran.

k.      Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar merupakan penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. oleh karena itu, indikator-indikator penguasaan kompetensi dasar harus termuan dalam instrument penilaian yang dibuat. Bentuk penilaian dapat dipilih bebas oleh guru asalkan sesuai untuk menunjukkan dan menggambarkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan.
Dalam membuat penilaian hasil belajar, guru juga harus menyediakan jawaban atau alternative jawaban serta pedoman penilaian agar terdapat kejelasan dalam pengukuran tingkat keberhasilan siswa dalam memahami kompetensi dasar yang disampaikan.
Sedikit hal mengenai perencanaan pembelajaran ini hanyalah sebagian kecil dari cara mencapai pembelajaran yang berhasil. Perencanaan barulah awal dan belum menghadapi siswa yang tentunya akan membutuhkan banyak improvisasi dari guru atas kejadian-kejadian yang mungkin tak tertuliskan dalam perencanaan. Oleh karena itu kekayaan teknik dan metode mengajar pada seorang guru adalah hal yang harus selalu dikembangkan.

1.      Pengertian Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesanyang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalahpengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru.[1] Banyak ahli yang berusaha mendefinisikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah memahaminya, maka saya mengartikan apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru.
Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya,  yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif,  memberi acuan,  melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal (pre-test). Kegiatan pendahuluan seperti sebagai berikut:
Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut misalnya:
a.       Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance).
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.
b.      Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness).
Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang dilakukan pada awal pembelajaran diantaranya:
1.      Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
2.      Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
3.      Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi.
4.      Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
5.      Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta minat dan perhatian siswa.
6.      Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.

c.       Menciptakan suasana belajar yang demokratis.
Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam pembelajaran terpadu akan menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan, keberanian untuk bertanya, keberanian berpendapat atau mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk kerja (performance). Untuk itu guru hendaknya mengembangkan kegiatan awal pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa ditekan atau dipaksa dalam belajar.

2.      Tujuan Apersepsi
Menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Contoh usaha guru untuk membuat kaitan dengan aspek yang relevan
1.      Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.
2.      Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal inidilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
3.      Guru menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru.

Lebih luas lagi tujuan apersepsi antara lain:
1.      Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan
Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yangakan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.

2.      Mencoba menyatukan dua dunia
Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun  ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi  dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut.

3.      Menciptakan atmosfir
Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar.
 Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.

3.      Manfaat Apersepsi
Apersepsi Menurut Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk memahami sesuatu yang belum di ketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. dari pedoman itu Hebart mengajurkan dalam dunia pendidikan seperti berikut :
1.      Kejelasan : sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian.
2.      Asosiasi : peserta didik di beri kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru dengan pengalaman-pengalaman lama.
3.      Sistem: disini bahan baru itu ditempatkan dalam hubunganya dengan hal-hal lain.
4.      Metode: peserta didik mendapat tugas untuk dikerjakan. Pengajar memperbaiki dan memberi petunjuk dimana perlu.
Pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut :
1.      Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan baru.
2.      Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam pengertian.
3.      Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu.
4.      Sistem:bahan baru dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.
5.      Metode:bahan baru dilatih dan digunakan.
Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :
1.      Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi.
2.      Presentasi(penyajian):pada fase ini pengajar menyodorkan bahan pelajaran baru.
3.      Asosiasi: bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubungan dengan bahan itu.
4.      Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
5.      Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan dan melatih bahan yang dipelajari.
Menurut Morrison-plan
1.      Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik tentang suatu masalah.
2.      Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan.
3.      Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut.
4.      Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar, kekurang murid sering bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik.
5.      Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang hendak dicapai.
6.      Memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
Prinsip Korelasi
Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau dengan pelajaran lain sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang disampaikan. 

4.               Pengertian Motivasi
Motivasi berasal kata motive–motivation yang berarti dorongan atau keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa, yang mendorongnya untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan.
Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar siswa berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar seperti intrinsik atau motivasi internal.
Motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan motivasi belajar dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu (pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut pula motivasi murni. Guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa di awal kegiatan pembelajaran terpadu. Umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan penguatan seperti memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, atau memberi nasihat.
Beberapa cara untuk menumbuhkankembangkan motivasi pada siswa adalah:
Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas. Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan karena:
a.    Setiap anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda.
b.   Setiap individu berbeda cara belajarnya.
c.    Setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda.
d.   Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda.
e.    Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual.
f.    Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar pada anak didiknya.
g.   Membangkitkan perhatian siswa.
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran terpadu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

5.      Tujuan Motivasi
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran,  memberi acuan diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, diantaranya sebagai berikut:
a)   Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
b)   Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran terpadu. Misalnya, jika dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen yang akan ditempuh
.

6.      Manfaat Motivasi
Yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri, yaitu :
a)      Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b)     Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
c)      Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Yaitu dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pada intinya manfaat motivasi dapat di simpulkan bahwa motivasi sebagai penggerak kegiatan, motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai pengarah perbuatan dan motivasi sebagai penyeleksi perbuatan.

7.      Pengertian Tujuan Pembelajaran
Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.
Menurut Harjanto (2008) desain pembelajaran dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) apa tujuan pengajaran (2) apa/bagaimana kegiatan dan sumber belajar (3) bagaimana evaluasinya. Artinya salah satu hal yang penting dalam proses perancangan atau desain pembelajaran adalah melakukan perumusan tujuan pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.

8.      Tujuan Peambelajaran
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran menurut Hernawan (2005) terbagi atas beberapa tingkatan yaitu:
1.      Tujuan Pembelajaran yang paling umum, yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional kita menurut UU No 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional yaitu: “Pendidikan Nasional bertujuan menceraskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung  jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (pasal 4)”.
2.      Tujuan institusional, berisi rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pebelajar setelah mengikuti pendidikan pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Misalnya tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu: “Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Bab II, Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990).
3.      Tujuan Kurikuler adalah rumusan dari setiap mata pelajaran /bidang studi/mata kuliah. Misalnya tujuan kurikuler mata pelajaran IPA pada pendidikan dasar
Contoh:  “Pebelajar memiliki pengetahuan tentang lingkungan alam serta keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
4.      Tujuan pembelajaran umum.
5.      Tujuan pembelajaran khusus.
Menurut  Harjanto (2008), perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa perumusan instruksional berfungsi sebagai tercapainya hasil belajar berupa perubahan tingkah laku dan kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar. Menurut Bloom dkk dalam Hernawan (2005) jenis belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang akan diuraikan sebagai berikut.
1.      Domain afektif
yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi
2.      domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. Taksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: menerima, menanggapi, menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup.
3.       domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Taksonomi ranah tujuan psikomotorik menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis dan gerakan yang kompleks. 
            Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum  (TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.
Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan insrtruksional umum  (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti berikut:
1)      Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses pengajaraan dalam satu waktu tertentu.
2)      Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
3)      Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
4)      Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan fasilitas yang ada.
5)      Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik.
Tujuan instruksional yang kedua adalah tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan penjabaran dari TIU. Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu.
Menurut Suparman (2004), merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan TIK. 
1.      Audience = A
Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6  dan sebagainya.
2.      Behavior = B
Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
3.      Condition = C
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan  sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data)  atau  “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
4.      Degree = D
Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau  “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).
Menurut Suparman (2004) komponen dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen degree.
Kriteria dalam merumuskan TIK  berdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menurut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasional (2) berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya memuat satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) “Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan  minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior danminimal dua  merupakan komponen degree dan diberikan  merupakan komponen Condition,
Masih menurut Harjanto (2008) lankah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.



9.      Manfaat Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami berbagai strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep strategi belajar mengajar. Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan dalam strategi belajar mengajar. Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran, teori dan fenomena dalam interaksi belajar mengajar, serta mampu menganalisisnya. Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam cara belajar mengajar, dan pengembangan paradigma baru pendidikan
manfaat pembelajaran antara lain adalah:
Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan, Memberikan gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem memberikan pengaruh terhadap pengembangan individu siswa.

10.  Membuat Tujuan Pembelajaran
Berikut disajikan contoh merumuskan / membuat suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Heriawan:2005).
Mata Pelajaran                                    : Ilmu Sosial
Kelas/semester                                    : IV/1
Kompetensi dasar                               : Memahami cirri-ciri geografis Indonesia
Materi Pokok                                      : kenampakan Alam Indonesia
Indikator pencapaian hasil belajar       :
1.      Menemukan pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia.
2.      Mengidentifikasi pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia.
3.      Menemukan pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk dan tanjung di Indonesia.
Kemudian indicator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan tiga indicator di atas, yaitu:
Siswa kelas VI dapat :
1.      Menyebutkan  minimal 5 nama pulau di Indonesia.
2.      Menyebutkan 2 samudra di Indonesia.
3.      Menujukkan pada peta letak 5 pulau besar.
4.      Menunjukkan pada peta laut yang mengelilingi Indonesia.
5.      Menunjukkan pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia.
6.      Meyebutkan  minimal 3 nama sungai-sungai yang ada di propinsi Aceh.
7.      Meyebutkan nama sgunung-gunung yang ada di propinsi Aceh.
8.      Dan seterusnya.
Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan darimana pembahasan materi baru akan dimulai.